Oleh
Heri Supriatna
201931210001
UNIVERSITAS DR. SOETOMO
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-Nya dan usaha yang penulis lakukan, makalah yang berjudul “Konsep Profesi Keguruan” dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Makalah ini disusun sebagai tugas tengah semester untuk mata kuliah Profesi Kependidikan yang diampu oleh Dra. Budi Martono, M.Si. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif untuk penyempurnaan makalah ini. Penulis mohon maaf apabila terdapat kata-kata yang kurang baik dalam makalah ini. Penulis berharap dengan pembuatan makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
Suarabaya, November 2020
Penyusun
Daftar Isi
HALAMAN JUDUL ………………………………………………………..i
KATA PENGANTAR ……………………………………………………...ii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………..iii
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………..1
• Pendahuluan………………………………………………….……….1
• Latar Belakang …………………………………………………….…1
• Rumusan masalah………………………………………………..........1
BAB II PEMBAHASAN ……………………………………………………2
• Pengajaran Puisi di Sekolah …………………………………………… 2
• Permasalahan Pembelajaran Puisi di Sekolah …………………………..2-5
• Strategi Pengajaran Puisi di Sekolah……………………………………5-7
BAB III PENUTUP ……………………………………………………….….8
• Simpulan ……………………………………………………… ……...8
• Saran……………………………………………………………………9
Daftar Pustaka………………………………………………………………..10
Bab I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-Nya dan usaha yang penulis lakukan, makalah yang berjudul “Konsep Profesi Keguruan” dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Makalah ini disusun sebagai tugas tengah semester untuk mata kuliah Profesi Kependidikan yang diampu oleh Dra. Budi Martono, M.Si. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif untuk penyempurnaan makalah ini. Penulis mohon maaf apabila terdapat kata-kata yang kurang baik dalam makalah ini. Penulis berharap dengan pembuatan makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
Suarabaya, November 2020
Penyusun
Daftar Isi
HALAMAN JUDUL ………………………………………………………..i
KATA PENGANTAR ……………………………………………………...ii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………..iii
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………..1
• Pendahuluan………………………………………………….……….1
• Latar Belakang …………………………………………………….…1
• Rumusan masalah………………………………………………..........1
BAB II PEMBAHASAN ……………………………………………………2
• Pengajaran Puisi di Sekolah …………………………………………… 2
• Permasalahan Pembelajaran Puisi di Sekolah …………………………..2-5
• Strategi Pengajaran Puisi di Sekolah……………………………………5-7
BAB III PENUTUP ……………………………………………………….….8
• Simpulan ……………………………………………………… ……...8
• Saran……………………………………………………………………9
Daftar Pustaka………………………………………………………………..10
Bab I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Belajar merupakan upaya peningkatan diri atau perubahan diri melalui berbagai proses dan latihan dan bukan merupakan peristiwa yang terjadi secara kebetulan. Kebiasaan belajar yang baik tidak dapat dibentuk dalam waktu yang singkat. Akan tetapi perlu dikembangkan secara bertahap. Kebiasaan belajar yang baik pada intinya adalah rencana kegiatan belajar yang jelas dan adanya disiplin diri yang kuat untuk menepati apa yang telah direncanakan itu. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan agar siswa terampil berbahasa dan mampu berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan. Kemampuan berbahasa tersebut dibedakan atas empat aspek keterampilan, yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca dan keterampilan menulis. Salah satu dari ke-empat aspek berbahasa tersebut adalah keterampilan menulis. Menulis merupakan keterampilan yang sangat penting, karena dengan berbahasa tulis seseorang mampu mengungkapkan suatu gagasan. Keterampilan menulis bukanlah sesuatu yang diwariskan, tetapi hasil proses belajar dan berlatih. Oleh sebab itu, kualitas kemampuan seseorang tidak sama. Peningkatan keterampilan seseorang dapat dilakukan melalui proses belajar. Pada hakikatnya, diharapkan siswa mampu menulis puisi dengan baik dengan memperhatikan bait, rima dan irama. Namun pada pelaksanaannya di sekolah, siswa seringkali mengalami kesulitan dalam menuliskan puisi dengan baik. Salah satu penyebabnya adalah penggunaan strategi dan media pembelajaran yang kurang tepat dan efektif.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Permasalahan Siswa dalam menulis puisi?
2. Apa saja Strategi mengajar supaya siswa tidak kesulitan menulis puisi?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Permasalahan siswa dalam menulis puisi.
2. Untuk mengetahui strategi yang tepat dalam mengajarkan dalam menulis puisi
Bab II
Pembahasan
A. Pengajaran Puisi di Sekolah
Pengajaran puisi menjadi bagian tidak terpisahkan dari pengajaran sastra, sedangkan pengajaran sastra menjadi bagian dari pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Kenyataan ini menunjukkan bahwa pengajaran sastra termasuk di dalamnya pengajaran puisi, tidak berdiri sendiri, melainkan menjadi bagian tidak terpisahkan dari pengajaran bahasa dan sastra Indonesia. Dunia pendidikan yang tidak lepas dari pengajaran sastra, khususnya dalam pengajaran apresiasi puisi di kalangan pelajar mulai dari tingkat Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah Atas belum mendapatkan hasil yang memadai. Pengajaran puisi di sekolah sering menekankan pada teori-teori puisi dan kurang membawa anak didik ke arah apresiasi puisi. Sering kali dalam mengajar guru hanya menyuruh siswa membaca puisi dan menjawab soal-soal yang ada kaitannya dengan puisi tersebut. Puisi adalah karya sastra tertulis yang menggambarkan perasaan seseorang. Puisi dijadikan penyair sebagai wujud dari perasaannya yang ingin ia sampaikan atau dibagikan kepada orang lain maupun pembaca melalui tulisan-tulisan yang bersifat puitis. Jadi puisi merupakan satu di antara bentuk karya sastra yang juga perlu diapresiasi. Banyak siswa mengalami kesulitan dalam memahami puisi dan lebih memilih sastra dalam bentuk prosa.
B. Permasalahan Pembelajaran Puisi di Sekolah
Pendidikan Pada dasarnya diselenggarakan untuk menyiapkan individu-individu menjadi anggota masyarakat yang mandiri. Dalam pengertian ini, individu-individu diharapkan mampu berpikir, menemukan, dan menciptakan sesuatu yang baru, melihat permasalahan serta menemukan cara pemecahan baru yang bernalar dan lebih dapat dipertanggungjawabkan. Pendidikan dapat dimaknai sebagai proses mengubah tingkah laku anak didik agar menjadi manusia dewasa yang mampu hidup mandiri dan sebagai anggota masyarakat dalam lingkungan alam sekitar individu berada. Mengingat betapa pentingnya pendidikan, muncul ungkapan pendidikan seumur hidup, yang artinya pendidikan tidakmengenal batas usia.
Kemandirian sebagai hasil pendidikan tersebut terbentuk melalui kemampuan berpikir nalar dan kemampuan berpikir kreatif yang mewujudkan kreativitas. Hasil dari proses belajar tidak hanya berupa pemahaman atas konsep-konsep, tetapi yang lebih penting adalah aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu yang senada dengan hal tersebut adalah pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Belajar bahasa dan sastra Indonesia tidak hanya menghasilkan individu yang paham konsep tetapi juga individu yang memiliki keterampilan berbahasa yang nantinya mampu diterapkan dalam kehidupannya.
Mutu pendidikan atau kualitas pendidikan yang ditunjukkan oleh hasil belajar siswa tidak dapat dilepaskan dari faktor-faktor yang memengaruhinya, yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam siswa yang meliputi kemampuan, perhatian, motivasi, sikap, retensi, dan kepribadian siswa. Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar siswa, yang meliputi strategi mengajar (Oemar, 2011:3). Di dalam proses belajar-mengajar, guru harus memiliki strategi, agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu ialah harus menguasai teknik-teknik penyajian, atau biasanya disebut metode mengajar. Mengajar secara efektif sangat bergantung pada pemilihan dan penggunaan metode mengajar yang serasi dengan tujuan mengajar. Cara belajar-mengajar yang lebih baik ialah mempergunakan kegiatan murid-murid sendiri secara efektif dalam kelas, merencanakan dan melaksanakan kegiatan-kegiatan sedemikian rupa secara kontinyu.
Dalam standar isi terkandung materi pelajaran Bahasa Indonesia menyangkut empat keterampilan, yaitu keterampilam menyimak (listening skills),berbicara (speaking skills),membaca (reading skills),dan menulis (writing skills).Keterampilan menulis sangat penting diperhatikan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di setiap sekolah. Keterampilan menulis merupakan sarana bagi siswa untuk dapat mengikuti proses pembelajaran berbagai mata pelajaran yang ada di masing-masing sekolah. Dalam hal ini, dengan keterampilan menulis, siswa mencatat berbagai hal seperti mencatat materi pelajaran, permasalahan yang muncul dalam pembelajaran, menyusun laporan, dan sebagainya. Hal itu sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Widyamartajaya (2005:7) bahwa dengan menulis, siswa bisa menyimpan informasi-informasi yang diperoleh, siswa juga mengekspresikan ide-idenya dalam bentuk tulisan.
Berdasarkan uraian tersebut, materi yang berkenaan dengan keterampilan menulis siswa harus diajarkan dengan menggunakan strategi atau metode mengajar yang tepat sehingga tujuan pendidikan dapat dicapai secara bersama. Pembelajaran keterampilan menulis diberikan kepada siswatidak semata-mata agar siswa bisa menulis melainkan agar siswa memiliki keterampilan dalam menulis. Oleh karena itu, pembelajaran keterampilan menulis siswa di sekolah penting diberikan.
Pembelajaran sastra (menulis puisi) dianggap tidak mendapat “tempat” dalam pembelajaran keterampilan menulis. Telah lama diupayakan agar pembelajaran sastra mendapat porsi yang seimbang dalam pembelajaran menulis puisi. Hal itu disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satunya ialah minimnya pengetahuan guru tentang strategi pembelajaran sastra. Sementara itu, tidak diragukan lagi bahwa pembelajaran sastra (menulis puisi) dapat memberi kontribusi dalam peningkatan kompetensi menulis puisi siswa. Dengan adanya asumsi demikian, guru seyogyanya perlu menyediakan strategi dan kegiatan-kegiatan yang dapat menjadi sarana dalam proses pembelajaran sastra (menulis puisi) yang dapat berimbas kepada peningkatan kemampuan menulis siswa. Salah satunya ialah guru dapat menggunakan aktivitas pembelajaran menulis puisi sebagai dasar kegiatan pembelajaran menulis sekaligus sebagai upaya dalam meningkatkan apresiasi siswa dalam bersastra. Menjadi jelaslah bahwa, supaya seorang guru dapat melaksanakan tugas profesionalnya, diperlukan wawasan yang mantap mengenai kemungkinan-kemungkinan strategi pengajaran sesuai dengan tujuan-tujuan pengajaran baik dalam arti efek pengajaran maupun dalam arti efek pengiring.
Permasalahan yang muncul dalam menulis puisi dapat dipengaruhi oleh pihak siswa sendiri maupun oleh guru. Masalah yang dialami siswa yaitu
(1) masih rendahnya kemampuan menulis puisi. Menulis puisi sebenarnya pembelajaran yang menyenangkan karena menulis puisi merupakan pengungkapan seorang penulis terhadap sesuatu/ suatu perasaan yang telah dialami penulis. Dalam pembelaran menulis puisi ini siswa tidak diberi stimulus sebagai inspirasi menulis puisi sehingga kemampuan menulis puisi siswa cenderung agak rendah.
(2) rendahnya minat siswa terhadap pembelajaran menulis puisi. Hal ini disebabkan kurangnya motivasi dari dalam siswa sendiri dan menganggap menulis puisi kurang penting.
(3) orang tua siswa yang kurang memperhatikan. Orang tua kurang memperhatikan hasil yang diperoleh siswa dalam menulis puisi.
(4) sarana belajar belum menunjang pembelajaran menulis puisi. Sarana yang tersedia dalam sekolah masih kurang memadai dalam pelaksanaan pembelajaran menulis puisi, misalnya belum ada alat untuk memutar media audio ataupun audiovisual.
Masalah yang dialami guru, yaitu
(1) kurang memberi perhatian terhadap pelajaran menulis puisi. Dalam pembelajaran menulis puisi, guru kurang memeberi gambaran mengenai cara menulis puisi yang baik.
(2) tidak menggunakan metode yang tepat. Seringkali guru menggunakan metode pengajaran konvensional yang bersifat searah sehingga para siswa tidak memiliki kesempatan untuk menyampaikan apa yang ada dalam pikirannya bahkan sesuatu yang belum siswa pahami.
(3) tidak menindaklanjuti hasil karya siswa. Setelah siswa menulis puisi, guru menginstruksikan kepada siswa untuk mengumpulkan tulisannya tersebut, tanpa disertai dengan evaluasi baik berupa pujian, kritikan maupun penguatan terhadap karya siswa.
(4) kurang memberi pelatihan menulis puisi. Siswa tidak diberi pelatihan terlebih dahulu sebelum diberi tugas menulis puisi. Setelah siswa menulis puisipun, guru tidak memberikan tugas tambahan menulis puisi sebagai perbaikan nilai sebelumnya.
(5) kurang kreatif dalam mengembangkan pelajaran menulis puisi. Pelajaran menulis puisi diidentikkan oleh guru sebagai kemampuan siswa dalam menulis kalimat berbentuk bait-bait. Padahal menulis puisi bukan sekadar tulisan berbentuk bait-bait melainkan penggambaran sebuah gagasan, ide, pikiran, bahkan perasaan siswa yang dituangkan dalam tulisan yang disampaikan melalui bahasa figuratif agar memiliki nilai rasa yang tinggi.
(6) serta kurang menggunakan media yang tepat dan menarik perhatian siswa. Dalam pembelajaran menulis puisi tidak disertai penggunaan media pembelajaran baik itu audio, visual, maupun audiovisual
C. Strategi Pengajaran Puisi di Sekolah
Pembelajran bahasa Indonesia dibutuhkan kompetensi menyimak, berbicara, membaca, dan menulis, dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran bagi siswa. Dibandingkan tiga kompetensi berbahasa yang lain, kompetensi menulis secara umum lebih sulit dikuasai (Nurgiyantoro, 2012:423).
Cukup beralasan pendapat ini, mengingat menulis memang merupakan keterampilan siswa menungkan ide gagasan dalam bentuk tulisan. Tidak mudah bagi guru untuk mengajarkan keterampilan tersebut. Terutama saat pembelajaran menulis puisi, siswa masih banyak mengalami kesulitan dalam menemukan kata-kata dan mengembangkan ide. Siswa belum terbiasa mengemukakan perasaan, pemikiran dan imajinasinya dalam puisi. Kesulitan siswa dalam menulis puisi tersebut, banyak dipengaruhi oleh bebarapa faktor antara lain media, alat peraga, metode dan model pembelajaran yang diterapkan oleh guru.
Pemilihan metode pembelajaran yang tidak sesuai dengan materi serta karakter siswa, berdampak pada ketidakberhasilan guru dalam mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, untuk mengatasi permasalahan tersebut, guru harus kreatif dan inovatif mengembangkan model pembelajaran yang mampu menciptakan pembelajaran yang menarik dan kontekstual.
Salah satu pengembangan model pembelajaran kontekstual yang dapat mengatasi kesulitan siswa dalam menulis puisi yaitu model pembelajaran ASTUTI (Amati, Seleksi, Temukan, Upayakan, Tambahkan, dan Ikat). Model pembelajaran ASTUTI pada dasarnya membantu guru mengaitkan antarmateri yang diajarkannya dan situasi dunia nyata siswa, serta mendorong siswa membuat dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni konstruktivisme (constructivism), bertanya (questioning), menemukam (inquiri), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), dan penilaian sebenarnya (authentic assessment). Hal ini akan merangsang siswa untuk saling berlomba dalam mendefinisikan kata-kata serta merangkai menjadi baris-baris puisi yang indah dan bermakna. Adapun langkah-langkah pembelajaran ASTUTI yaitu,
a) Amati, adalah suatu kegiatan pemusatan perhatian terhadap objek. Siswa mengadakan kunjungan langsung terhadap objek yang akan digunakan untuk menulis puisi dengan mendata kata-kata yang telah ditangkap oleh panca indra. Objek yang diamati bisa suatu benda, peristiwa atau kejadian secara langsung. Dengan mengamati langsung ke alam akan menumbuhkan rasa senang siswa terhadap kenyataan yang dilihat oleh panca indra. Hal ini membuat siswa lebih peka atau lebih terangsang untuk mengekspresikan sesuatu yang dirasakannya, dilakukan di luar kelas secara langsung.
b) Seleksi Kata adalah suatu kegiatan yang dilakukan siswa untuk menyeleksi atau memilih kata-kata dari data kata yang sudah dikumpulkan siswa saat obervasi sehingga akan mudah dalam merangkai kata-kata menjadi puisi.
c) Temukan/arti kata, siswa diajak untuk menentukan terlebih dahulu kata yang akan didefinisikan, selanjutnya siswa mendefinisikan kata itu dalam beberapa definisi. Setelah itu, siswa diminta menambah definisinya menjadi definisi yang bisa direnungkan atau mengandung pesan, selanjutnya siswa memperindah bunyi definisi menjadi puisi.
d) Upayakan, dari mendefinisikan kata-kata menjadi beberapa definisi, kemudian siswa mengupayakan menambah definisinya menjadi definisi yang bisa direnungkan atau kata-kata yang dapat mengandung pesan.
e) Tambahkan, siswa dapat menambahkan kata-kata yang lain untuk merangkai menjadi sebuah kalimat yang indah.
f) Ikatlah, dari rangkain kata-kata definisi menjadi kalimat puisi, kemudian ikatlah atau gabungkan menjadi baris-baris puisi. Dalam melaksanakan pembelajaran ASTUTI, guru harus benar-benar menguasai materi dan langkah-langkah tersebut. Dengan demikian permasalahan terkait kesulitan siswa dalam menulis puisi dapat teratasi.
Adapun cara yang lain yaitu siswa perlu diarahkan, dibimbing, dan diberi motivasi. Hal ini bertujuan supaya proses pengajaran sastra menyenangkan dan tidak membosankan. Agar pengajaran tersebut dapat tercapai perlu teknik yang dapat membantu dalam proses pembelajaran, salah satunya pembelajaran sastra dengan teknik latihan terbimbing. Dengan teknik latihan terbimbing, guru berperan sebagai fasilitator sehingga dapat tercapai iklim belajar yang baik. Dari pembelajaran tersebut siswa dapat mengambil manfaat tertentu dalam belajar sastra. Siswa tidak hanya sekadar membaca kata-kata, menikmati estetika fiksi, menghayati melalui emosi, melainkan akan mengekspresikan gagasannya dalam bentuk tulisan, yaitu puisi.
Latihan memerlukan waktu yang tidak singkat dan latihan didahului oleh sejumlah pengertian dasar. Teknik latihan terbimbing dalam penelitian ini diartikan sebagai suatu cara untuk mengungkapkan isi pikiran dan gagasan secara jelasdan efektif kepada pembaca dengan terlebih dahulu diberikan petunjuk yang berisi pokok-pokok pikiran. Dengan demikian teknik latihan terbimbing diartikan sebagai petunjuk yang digunakan oleh guru dalam membimbing siswanya untuk menuangkan segala ide/gagasan secara tertulis sehingga ide tersebut dapat digambarkan secara jelas sehingga maksud tulisan tersebut dapat disampaikan kepada pembaca, seolah-olah pembaca mengalami sendiri apa yang ditulisnya dalam sebuah karya puisi.
Keterampilan menulis dengan teknik latihan terbimbing diterapkan guru dengan cara memberikan contoh kepada siswa bagaimana menulis puisi yang baik, setelah siswa memahaminya, siswa diberikan kesempatan untuk menulis puisi berdasarkan tema tertentu. Guru membiasakan penggunaan pilihan kata yang baik sehingga siswa diharapkan dapat menulis puisi dengan baik dan benar. Kesulitan lain yang dihadapi oleh siswa yaitu menentukan tema puisi. Oleh sebab itu siswa perlu diberi gambaran atau inspirasi agar dapat menentukan tema dalam menulis puisi.
Di samping menggunakan teknik latihan terbimbing, berbagai media dapat digunakan guru dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis puisi. Salah satu media yang dapat dicobakan adalah dengan menggunakan lagu sebagai inspirasi untuk menentukan tema dalam menulis puisi. Guru dapat memilih lagu sebagai stimulus bagi siswa untuk menentukan tema dalam pembelajaran puisi karena dengan mendengarkan serta menghayati lagu, seseorang akan memahami suasana yang ada dalam syair lagu tersebut. Siswa mendengarkan lagu melalui media audio agar mendapat inspirasi ketika hendak menulis puisi. Inspirasi tersebut dapat berupa kesan, hal itu dapat menjadi awal inspirasi dalam penulisan puisi. Sehingga dalam proses penulisan, siswa dapat melakukan dengan penuh penghayatan dengan pendeskripsian yang baik pula. Hal ini berarti pengalaman mendengarkan lagu melalui media audio berperan dalam penulisan sebuah karya sastra puisi.
Kegiatan tersebut memungkinkan siswa gemar, mau dan akhirnya memiliki kemampuan serta terbiasa untuk menulis.
Bab III
Penutup
A. Kesimpulan
Strategi pembelajaran bahasa ialah suatu cara yang digunakan pembelajar dalam pemerolehan, penyimpanan, percobaan, dan pemanfaatan atas informasi yang didapat. Ditambahkan pula bahwa strategi belajar merupakan suatu aktifitas yang dapat membuat proses pembelajaran menjadi lebih mudah, lebih cepat, lebih menyenangkan, lebih terarah, lebih efektif, dan lebih mudah untuk digunakan dalam situasi baru (Oxford, 1990:8),.
Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis itu sendiri. Setiap keterampilan mempunyai hubungan yang erat antara satu dan yang lainnya, oleh karena itu keterampilan menulis tentu berhubungan dengan keterampilan berbahasa yang lainnya. Menurut Tarigan (1983) menulis merupakan keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif.
Dari pengertian di atas dapat dinyatakan bahwa menulis merupakan kegiatan komunikasi tidak langsung yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain dan seseorang tersebut harus pandai memanfaatkan grafologi struktur bahasa dan kosakata yang sesuai agar apa yang hendak disampaikan penulis dapat dimengerti oleh para pembaca. Kegiatan menulis tersebut juga tidak datang dengan sendirinya, melainkan harus melalui praktik yang teratur.
Di dalam proses pembelajaran, guru harus memiliki strategi tertentu, agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien, serta tujuan atau indikator pembelajaran akan tercapai. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu adalah guru harus menguasai media penyajian. Perlu dipahami bahwa setiap jenis media penyajian hanya sesuai atau tepat untuk mencapai tujuan tertentu pula. Dalam mencapai tujuan media penyajian dipandang sebagai suatu alat digunakan oleh guru agar tujuan dari pembelajaran tercapai. Oleh karena itu dalam menggunakan media bagi seorang guru harus memperhatikan situasi, kondisi dan tujuan tertentu. Hal ini sangat diperlukan untuk penguasaan setiap media penyajian sehingga guru mampu mengetahui, memahami, dan terampil menggunakan media penyajian sesuai dengan tujuan yang dicapai media penyajian mempunyai ciri khas yang berbeda antara satu dengan lainya, maka diharapkan, guru perlu memiliki suatu pola atau standar untuk memperlajari media itu bisa saling melengkapi.
Menulis puisi dengan media objek langsung dimaksudkan agar siswa dapat menulis puisi dengan cepat dan tepat dengan media objek yang dilihatnya langsung. Untuk menulis puisi dengan media objek langsung siswa bisa diajak ke luar kelas untuk melihat objek yang mereka senangi. Menulis puisi berdasarkan lamuan adalah siswa diajak melamun atau berimajinasi, dengan kata lain siswa diajak melamunkan sesuatu, contohnya : tokoh idola, alam, hewan dan lain-lain kemudian siswa menuliskan lamunanya kedalam bentuk puisinya.
Menulis puisi berdasarkan gambar adalah siswa dapat membuat puisi dengan cepat dan benar berdasarkan gambar yang dilihatnya. Siswa melihat gambar yang diberikan oleh guru dan melihat itu siswa menulis puisi. Menulis puisi berdasarkan cerita adalah siswa dapat membuat puisi berdasarkan cerita yang dibacanya. Siswa membaca cerita dalam waktu yang telah ditentukan, setelah itu siswa dapat menulis puisi atas dasar cerita yang telah dibaca. Meneruskan puisi adalah menulis puisi dengan cara siswa diberi lembar puisi yang belum selesai penulisannya, kemudian siswa meneruskan penulisanya puisi yang belum selesai tersebut sehingga menjadi sebuah puisi yang utuh.
B. SARAN
Adapun saran dari penyusun adalah sebaiknya Seorang guru harus lebih dapat menggali potensi anak didik dan mengajarkan dngan kreatif dan inovatif, mempelajari strategi bahasa secara mendalam supaya mampu menerapkan secara maksimal mengenai strategi pembelajaran bahasa agar berjalan lebih efektif dan efisien.
Daftar Pustaka
https://docplayer.info/59513960-Bab-i-pendahuluan-pengajaran-puisi-di-sekolah-sering-menekankan-pada-teori-teori-puisi-dan.html
file:///C:/Users/win8/AppData/Local/Temp/30-2080-1-SM.pdf
https://radarsemarang.jawapos.com/rubrik/untukmu-guruku/2020/08/28/solusi-cerdas-mengatasi-kesulitan-siswa-menulis-puisi-dengan-astuti/
https://bagawanabiyasa.wordpress.com/2015/12/28/pembelajaran-menulis-puisi/