Rabu, 29 April 2020

Alat - Alat Ucap dalam Fonologi

ALAT UCAP DAN PROSES PEMBUNYIAN
A.    ALAT UCAP
       Alat ucap merupakan alat yang digunakan untuk menghasilkan bunyi-bunyi bahasa yang mempunyai fungsi utama lain yang bersifat fisiologis, misalnya paru-paru untuk bernafas, lidah untuk mengecap, dan gigi untuk mengunyah. Namun, alat itu secara linguistik digunakan untuk menghasilkan bunyi-bunyi bahasa sewaktu berujar. Berikut merupakan gambar alat ucap:

Keterangan:
1. Paru-paru (lungs)
2. Tenggorokan (trachea)
3. Pangkal tenggorokan (larynx)
4. Pita suara (vocal cords) yang di dalamnya terdapat glotis, yaitu celah di antara dua bilah pita suara.
5. Krikoid (cricoid)
6. Tiroid (tyroid) atau gondok laki
7. Aritenoid (arythenoid)
8. Dinding Rongga kerongkongan (wall of pharynx)
9.  Epiglotis (epiglottis)
10. Akar lidah (root of tangue)
11. Pangkal lidah (dorsum)
12. Tengah lidah (medium)
13. Daun lidah (lamina)
14. Ujung lidah (apex)
15. Anak tekak (uvula)
16. Langit-langit lunak (velum)
17. Langit-langit keras (palatum)
18. Gusi (alveolum)
19. Gigi atas (dental)
20. Gigi bawah (dental)
21. Bibir atas (labia)
22. Bibir bawah (labia)
23. Mulut (mouth)
24. Rongga mulut (mouth cavity)
25. Rongga hidung (nasal cavity)

Nama-nama Latin alat ucap itu perlu diperhatikan karena nama-nama bunyi disebut juga dengan nama Latinnya itu. Misalnya, bunyi yang dihasilkan di bibir disebut bunyi labial, diambil dari kata labium yaitu bibir; dan bunyi yang dihasilkan oleh ujung lidah dan gigi disebut bunyi apikodental, yang diambil dari kata apeks yaitu ujung lidah dan kata dentum yaitu gigi.

B.  CARA KERJA ALAT-ALAT UCAP


   Menurut Chaer (2009:20) cara kerja dari alat-alat ucap yaitu sebagai berikut:

1. Paru-Paru (lung)
Paru-paru adalah sumber arus udara yang merupakan syarat mutlak untuk terjadinya bunyi bahasa. Namun, perlu diketahui juga bahwa bunyi bahasa dapat juga dihasilkan dengan dengan arus udara yang datang dari luar mulut. Kalau arus udara datang dari paru-paru disebut arus udara agresif, dan kalau udara datang dari luar disebut udara ingresif. Terlu diketahui juga selama ini dalam bahasa indonesia tidak ada bunyi yang dihasilkan dengan udara ingresif itu.

2. Pangkal Tenggorok (laring), pita suara, glotis, dan epiglotis
Pangkal tenggorok adalah sebuah rongga pada ujung saluran pernafasan yang ujungnya ada sepasang pita suara. Pita suara ini dapat terbuka lebar, terbuka agak lebar, terbuka sedikit, dan tertutup rapat, sesuai denagan arus udara yang dihembuskan keluar. Celah di antara pita suara itu disebut glotis. Pada glotis inilah awal terjadinya bunyi bahasa dalam proses produksi bunyi itu. Bila glotis dalam keadaan terbuka lebar maka tidak ada bunyi bahasa yang dihasilkan selain desah nafas. Bila glotis dalam keadaan terbuka agak lebar akan terjadi bunyi tak bersuara. Bila glotis dalam keadaan terbuka sedikit akan terjadi bunyi bersuara. Lalu bila glotis dalam keadaan tertutup rapat akan terjadi bunyi hmazah atau bunyi hambat glotal. Proses pembunyian ini dibantu oleh epiglotis (katup pangkal tenggorok) yang bertugas menutup dan membuka jalan nafas (jalan udara ke paru-paru) dan jalan makanan/minuman ke arah pencernaan.

3. Rongga Kerongkongan (faring)
Faring atau rongga kerongkongan adalah sebuah rongga yang terletak diantara pangkal tenggorok dengan rongga mulut dan rongga hidung. Faring berfungsi sebagai “tabung udara” yang akan ikut bergetar bila pita suara bergetar. Bunyi bahasa yang dihasilkan disebut bunyi faringal.

4. Langit-Langit Lunak (Venum), anak tekak (uvula) dan pangkal lidah (dorsum)
Velum atau langit-langit lunak dan bagian ujungnya yang disebut uvula (anak tekak) dapat turun naik untuk mengatur arus udara keluar masuk melalui rongga hidung atau rongga mulut. Uvula akan merapat ke dinding faring kalau arus udara keluar melalui rongga mulut, dan akan menjauh dari dinding faring kalau arus udara keluar melalui rongga hidung. Bunyi yang dihasilkan kalau udara keluar melalui rongga hidung disebut bunyi nasal dan kalau udara keluar melalui rongga mulut disebut oral. Bunyi yang dihasilkan dengan velum sebagai artikulator pasif dan dorsum sebagai artikulator aktif disebut bunyi dorsovelar, dari gabungan kata dorsum dan velum. Sedangkan yang dihasilkan oleh uvula disebut bunyi uvular.

5. Langit-Langit keras (palatum), ujung lidah (apeks), dan daun lidah (laminnum)
Dalam pembentukan bunyi-bunyi bahasa, langit-langit keras (palatum) berlaku sebagai pasif (artikulator yang diam, tidak bergerak) dan yang menjadi artikulator aktifnya adalah ujung lidak (apeks) atau daun lidah (laminum). Bunyi bahasa yang dihasilkan oleh palatum dan apeks disebut bunyi apikopalatal. Sedangkan yang dihasilakan oleh palatum dana laminum disebut bunyi laminopalatal.

6. Ceruk gigi (alveolum), apeks, dan daun lidah (laminum)
Dalam pembentukan bunyi bahasa, alveolum sebagai artikulator pasif dan apeks atau laminum sebagai artikulator aktifnya. Bunyi yang dihasilkan oleh alveolum dan apeks disebut bunyi apikoalveolar. Kemudian yang dihasilkan oleh alveolum dan laminum disebut bunyi laminoalveolar.

7. Gigi (dentum), Ujung lidah (apeks), dan bibir (labium)
Dalam produksi bunyi bahasa, gigi atas dapat berperan sebagai artikulator pasif, yang menjadi artikulator aktifnya adalah apeks atau bibir bawah. Bunyi yang dihasilkan oleh gigi atas dan apeks disebut bunyi apikodental dan yang dihasilakan oleh gigi atasa dan bibir bawah disebut bunyi labiodental. Dalam hal ini ada juga bunyi interdental dimana apeks sebagai artikulator aktif berada diantara gigi atas dan gigi bawah yang menjadi artikulator pasifnya.

8. Bibir bawah dan bibir atas
Dalam pembentukan bunyi bahasa bibir atas bisa menjadi artikulator pasif dan bibir bawah menjadi artikulator aktif. Bunyi yang dihasilkan disebut bunyi bilabial. Bibir bawah bisa juga menjadi artikulator pasifnya. Lalu, bunyi yang dihasilkan disebut bunyi labiodental, dari kata labium dan dentum.

9. Lidah (tongue)
Lidah terbagi atas empat bagian, yaitu ujung lidah (apeks), daun lidah (laminum), punggung atau pangkal  lidah (dorsum), dan akar lidah (root). Lidah dengan bagian-bagiannya dalam pembentukan bunyi bahasa selalu menjadi artikulator pasifnya adalah alat-alat ucap yang terdapat pada rahang atas.

10. Mulut dan rongga mulut
Rongga mulut dengan kedua belah bibir (atas dan bawah) berperan dalan pembentukan bunyi vokal. Apabila bentuk mulut memundar maka akan dihasilkan bunyi vokal bundar atau bulat. Apabila bentuk mulut tidak bundar atau melebar akan dihasilkan bunyi vokal tidak bundar. Sebagai umum bunyi yang dihasilkan dirongga mulut disebut bunyi oral, sebagai lawan bunyi nasal yang dihasilkan melalui rongga hidung.
11. Rongga Hidung
Bunyi bahasa yang dihasilkan melalui rongga hidung disebut bunyi nasal. Bunyi nasal ini dihasilakan dengan cara menutup rapat-rapat arus udara dirongga mulut, dan menyalurkan keluar melalui rongga hidung. Yang ada dalam bahasa Indonesia adalah bunyi nasal bilabial, bunyi nasal apikeolveaolar, bunyi nasal laminopalatal, dan bunyi nasal dorsovelar.

C. PROSES PEMBENTUKAN BUNYI

     Proses pembetukan bunyi merupakan proses dihasilkannya bunyi melalui artikulator. Proses pembentukan bunyi bahasa dipengaruhi oleh tiga sarana utama, yaitu  arus udara, pita suara dan alat ucap. Ketiga sarana ini juga yang oleh fonetisi dipakai sebagai dasar pengklasifikasian bunyi (Masnur Muslich, 2008:30). Berikut penjelasan dari tiga sarana utama tersebut:

1. Arus Udara
Arus udara merupakan sumber energi utama pembentukan bunyi bahasa hasil kerja alat atau organ tubuh yang dikendalikan oleh otot-otot atas perintah saraf otak. Berikut merupakan gambar arus udara.

2.Pita Suara
 Pita suara memiliki sumber bunyi. Ia bergetar atau digetarkan oleh udara yang keluar masuk paru-paru. Pita suara terletak dalam kerongkongan (larynx) dalam posisi mendapar dari muka (anterior) ke belakang (posterior).

            Bergetarnya pita suara dengan cara membuka dan menutup. Lubang pada saat pita suara itu membuka disebut glotis. Membukanya dari muka menuju ke belakang. Kadang-kadang membukanya tidak sampai ke belakang betul. Menutupnya pun mulai dari muka. Selain dari getaran penuh dari muka ke belakang, ada lagi getaran kecil yang panjangnya setengah, sepertiga, seperempat dan seterusnya dari panjang pita suara, dan bergetar secara serempak. Satu kali membuka-menutupnya pita suara (dua getaran) disebut satu gelombang. Banyaknya gelombang per detik disebut frekuensi bunyi. Dengan demikian, suatu bunyi yang diucapkan orang berfrekuensi 141 gelombang per detik, berarti pita suara membuka-menutupnya sebanyak 141 kali per detik.
            Tenggorokan yang terletak dia atas pita suara, rongga mulut, dan rongga hidung berperan sebagai resonator atau peninggi bunyi yang diciptakan oleh pita suara. Dengan demikian waktu pita suara bergetar, ternggoran, rongga mulut, dan rongga hidung ikut membantu menggetarkan udara dengan frekuensi yang seirama dengan frekuensi pita suara, sehingga bunyi dari pita suara  menjadi lebih tinggi pengaruhnya (Masnur Muslich, 2008:30).

3.Alat Ucap
   Alat ucap yang dibicarakan dalam proses memproduksi bunyi bahasa dapat dibagi atas tiga komponen (Chaer, 2009:26-27) yaitu :
a.       Komponen subglotal
b.      Komponen laring, dan
c.       Komponen supraglotal

            Komponen subglotal terdiri dari paru-paru (kiri dan kanan), saluran bronkial, dan saluran pernafasan (trakea). Di samping ketiga alat ucap ini masih ada yang lain, yaitu otot-otot, paru-paru, dan rongga dada. Secara fisiologis komponen ini digunakan untuk proses pernafasan. Karena itu, komponen ini disebut juga sistem pernafasan. Lalu dalam hubungannya dengan fonetik disebut sistem pernafasan subglotis. Fungsi utama komponen subglotal ini adalah “memberi” arus udara yang merupakan syarat mutlak untuk terjadinya bunyi bahasa.
Komponen laring (tenggorok) merupakan kotak yang terbentuk dari tulang rawan yang berbentuk lingkaran. Di dalamnya terdapat pita suara. Laring berfungsi sebagai klep yang mengatur arus udara antara paru-paru, mulut, dan hidung. Pita suara dengan kelenturannya bisa membuka dan menutup, sehingga bisa memisahkan dan sekaligus bisa menghubungkan antara udara yang ada di paru-paru dan yang ada di mulut atau rongga hidung.
Komponen supraglotal adalah alat-alat ucap yang berada di dalam rongga mulut dan rongga hidung baik yang menjadi artikulator aktif maupun yang menjadi artikulator pasif.
Terjadinya bunyi bahasa dalam proses produksi bunyi bahasa pada umumnya dimulai dari proses pemompaan udara ke luar dari paru-paru melalui pangkal tenggorokan (laring) ke tenggorokan yang di dalamnya terdapat pita suara. Supaya udara itu bisa ke luar, pita suara tu harus berada dalam keadaan terbuka. Setelah melalui pita suara, yang merupakan jalan satu-satunya untuk bisa ke luar, entah melalui rongga mulut atau rongga hidung, arus udara tadi diteruskan ke luar ke udara bebas.
Ada empat macam posisi glotis pada pita suara yaitu pita suara dengan (a) glotis terbuka lebar, (b) glotis terbuka agak lebar, (c) glotis terbuka sedikit, dan (d) glotis tertutup rapat. Kalau glotis terbuka lebar, maka tidak terjadi bunyi bahasa. Posisi ini adalah posisi dalam bernafas secara normal. Kalau posisi glotis terbuka agak lebar, maka akan terjadilah bunyi bahasa yang disebut bunyi tak bersuara. Kalau posisi glotis terbuka sedikit maka akan terjadi bunyi bahasa yang disebut bunyi bersuara. Kalau posisi glotis tertutup rapat maka akan terjadi bunyi hambat glotal atau lazim disebut bunyi hamzah (Chaer, 2009:28).
Menurut Chaer (2009:29-30) secara umum titik artikulasi (pertemuan antara artikulator aktif dan artikulator pasif) yang mungkin terjadi dalam bahasa Indonesia ialah :
a)      Artikulasi bilabial (bibir bawah dan bibir atas)
b)      Artikulasi labiodental (bibir bawah dan gigi atas)
c)      Artikulasi interdental (gigi bawah, gigi atas, dan ujung lidah)
d)      Artikulasi apikodental (ujung lidah dan gigi atas)
e)      Artikulasi apikoalveolar (ujung lidah dan ceruk gigi atas)
f)      Artikulasi laminodental (daun lidah dan gigi atas)
g)      Artikulasi laminopalatal (daun lidah dan langit-langit keras)
h)      Artikulasi lamino alveolar (daun lidah dan ceruk gigi atas)
i)       Artikulasi dorsopalatal (pangkal lidah dan langit-langit keras)
j)       Artikulasi dorsovelar (pangkal lidah dan langit-langit lunak)
k)      Artikulasi dorsouvular (pangkal lidah dan anak tekak)
l)       Artikulasi oral (penutupan arus udara ke rongga hidung)
m)     Artikulasi radiko faringal (akar lidah dan dinding kerongkongan)


            Pertemuan antara artikulator dan titik artikulasi inilah yang dipakai oleh fonetisi sebagai penamaan bunyi yang dihasilkannya (Masnur Muslich, 2008:38-39).

D.    CARA ARTIKULASI ATAU BUNYI BAHASA DIHASILKAN

Cara artikulasi atau bunyi bahasa dapat dihasilkan melalui beberapa cara Chaer (2013:30-31) yaitu sebagai berikut:
1.  Arus ujar itu dihambat pada titik tertentu, lalu dengan tiba-tiba diletupkan sehingga terjadilah bunyi yang disebut bunyi hambat, bunyi letup atau bunyi plosif.
2.      Arus ujar itu dihambat pada titik tertentu, lalu arus ujar itu dikeluarkan melalui rongga hidung, sehingga terjadilah bunyi nasal.
3.      Arus ujar itu dihambat pada tempat tertentu, kemudian diletupkan sambil digeser atau didesiskan sehingga terjadilah bunyi paduan atau bunyi afrikat.
4.      Arus ujar itu dihambat pada tempat tertentu, kemudian digeserkan atau didesiskan sehingga terjadilah bunyi geseran, bunyi desis atau bunyi frikatif.
5.      Arus ujar itu dikeluarkan melalui samping kiri dan kanan lidah, maka terjadilah bunyi sampingan atau bunyi lateral.
6.      Arus ujar itu dikeluarkan melalui samping kiri dan kanan lidah lalu digetarkan sehingga terjadilah bunyi getar atau tril.
7.      Arus ujar itu pada awal prosesnya diganggu oleh posisi lidah tetapi kemudian diganggu pada  titik artikulasi tertentu sehingga terjadilah bunyi semi vokal yang dikenal juga dengan nama bunyi hampiran.

     Dalam membuat klasifikasi bunyi dan klasifikasi fonem digunakan tiga patokan atau kriteria, yaitu titik artikulasi, tempat artikulasi, dan bergetar tidaknya pita suara.

Klasifikasi Bunyi dan Deskripsi Bunyi

A. Berdasarkan rongga yang dilewati ada dua macam

1. Bunyi Oral dan Nasal

Bunyi bahasa dapat dibedakan menjadi nasal (sengau) dan oral.
Pembedaan ini didasarkan pada keluarnya atau disertainya udara melalui
rongga hidung. Jika udara keluar atau disertai keluarnya udara melalui
rongga hidung, dengan cara menurunkan langit-langit lunak beserta ujung
anak tekaknya maka bunyi itu disebut bunyi nasal atau sengau. Jika tidak
demikian, karena langit-langit lunak beserta ujung anak tekak menaik
menutupi rongga hidung sehingga udara hanya melalui rongga mulut saja
maka bunyi yang dihasilkan disebut bunyi oral. Oleh karena itu, vokal
sering dibedakan menjadi vokal nasal dan vokal oral. Vokal nasal banyak
terdapat dalam bahasa aceh dan prancis. Konsonan juga dibedakan atas
konsonan nasal seperti [m, n, K] dan konsonan oral seperti [p, b, k, w, d].

B. Berdasarkan ada tidaknya hambatan udara ada dua macam

1. Bunyi Vokal

Istilah vokal sebenarnya merupakan vokal kardinal, yakni bunyi vokal
yang mempunyai kualitas bunyi tertentu, keadaan lidah tertentu, dan
bentuk bibir tertentu, yang telah dipilih dan dibentuk dalam suatu rangka
gambar bunyi.

a. Pembentukan vokal berdasarkan posisi bibir

Berdasarkan bentuk bibir sewaktu vocal diucapkan, vocal dibedakan atas:
1. Vokal bulat, yakni vocal yang diucapkan dengan bentuk bibir bulat.
Misalnya, u, o, dan a.
2. Vokal tak bulat, yakni vocal yang diucapkan dengan bentuk bibir tidak
bulat atau terbentang lebar. Misalnya, i, e, dan
b. Pembentukan Vokal Berdasarkan Tinggi rendahnya Lidah
Berdasarkan tinggi rendahnya lidah, vokal dapat dibedakan atas :
1. Vokal tinggi atau atas yang dibentuk apabila rahang bawah merapat ke
rahang atas : i dan u.
2. Vokal madya atau tengah yang dibentuk apabila rahang bawah
menjauh sedikit dari rahang atas : e dan o.

3. Vokal rendah atau bawah yang dibentuk apabila rahang bawah
diundurkan lagi sejauh-jauhnya : a.
c. Pembentukan Vokal Berdasarkan Maju mundurnya Lidah
Berdasarkan bagian lidah yang bergerak atau naju mundurnya lidah,
vokal dapat dibedakan atas :
1. Vokal depan, yakni vokal yang dihasilkan oleh gerakan turun naikknya
lidah bagian depan, seperti : i dan e.
2. Vokal tengah, yakni vokal yang dihasilkan oleh gerakan lidah bagian
tengah, misalnya dan a.
3. Vokal belakang, yakni vokal yang dihasilkan oleh gerakan turun
naiknya lidah bagian belakang atau pangkal lidah, seperti : u dan o.
d. Struktur
Striktur adalah keadaan bubungan profesional artikulator (aktif) dengan
artikulator pasif atau titik artikulasi. Dilihat dari strikturnya, vokal
dibedakan atas empat jenis, yakni vokal tertutup, vokal semi-vokal, vokal
terbuka, dan vokal semi-terbuka.

2. Bunyi Konsonan

Pembentukan konsonan didasarkan pada empat faktor, yakni:
1. Daerah artikulasi,
2. Cara artikulasi,
3. Keadaan pita suara, dan

4. Jalan keluarnya udara.

a. Pembentukan Konsonan Berdasarkan Daerah Artikulasi
Konsonan bilabial, yaitu konsonan yang dihasilkan dengan
mempertemukan kedua belah bibir yang bersama-sama bertindak sebagai
artikulator dan titik artikulasi. Bunyi yang dihasilkan ialah p, b, m, dan w.
• Konsonan lobiodental, yaitu konsonan yang dihasilkan dengan
mempertemukan gigi atas sebagai titik artikulasi dan bibir bawah sebagai
artikulator. Bunyi yang dihasilkan ialah f dan v.
• Konsonan apiko-dentall, yaitu konsonan yang dihasilkan dengan ujung
lidah yang bertindak sebagai artikulator dan daerah antar gigi sebagai titik
artikulasi. Bunyi yang dihasilkan ialah t, d, dan n.
• Konsonan apiko-alveolar, yaitu konsonan yang dihasilkan olehe ujung
lidah sebagai artikulator dan lengkung kaki gigi sebagai titik artikulasi.
Bunyi yang dihasilkan ialah s, z, r, l.
• Konsonan palatal atau lamino-palatal, yaitu konsonan yang dihasilkan
oleh bagian tengah lidah sebagai artikulator dan langit-langit keras
sebagai titik artikulasi. Bunyi yang dihasilkan c, j, Ŝ, ň, dan y.
• Konsonan velar atau dorso-velar, yaitu konsonan yang dihasilkan oleh
belakang lidah sebagai artikulator dang langit-langit lembut sebagai
artikulasi. Bunyi yang dihasilkan ialah k, g, x, dan ή.
• Konsonan glotal atau hamzah, yaitu konsonan yang dihailkan dengan
posisi pita suara sama sekali merapat sehingga menutup glottis.
• Konsonan laringal, yaitu konsonan yang dihasilkan dengan pita suara
terbuka terbuka lebar sehingga udara uang keluar digesekkan melalui
glottis. Bunyi yang dihasilkan ialah h.

b. Pembentukan Konsonan Berdasarkan Cara Artikulasi

Konsonan hambat (stop), yaitu konsonan yang dihasilkan dengan cara
menghalangi sama sekali udara pada daerah artikulasi. Konsonan yang
dihasilkan ialah p, t, c, k, b, d, j, g, dam?

Konsonan geser atau frikatif, yaitu konsonan yang dihasilkan dengan cara
menggesekkan udara yang keluar dari paru-paru. Konsonan yang
dihasilkan ialah f, v, x, h, s, Ŝ, z, dan x.

Konsonan likuida tau lateral, yaitu konsonan yang dihasilkan dengan
menaikkan lidah ke langit-langit sehingga udara terpaksa diaduk dan
dikeluarkan melalui kedua sisi lidah. Konsonan yang dihasilkan ialah l.

Konsonan getar atau trill, yaitu konsonan yang dihasilkan dengan
mendekatkan dan menjauhkan lidah ke alveolum dengan cepat dan
berulang-ulang sehingga udara bergetar. Konsonan yang dihasilkan ialah
r.

Semi-vokal, yaitu konsonan yang pada waktu diartikulasikan belum
membentuk konsonan murni. Misalnya, semivokal (w) dan (y). bunyi
bilabial (w) dibentuk dengan tempat artikulasi yang berupa bibir atas dan
bibir bawah.

c. Pembentukan Konsonan Berdasarkan Posisi Pita Suara
Berdasarkan posisi pita suara atau begetar tidaknya pita suara, konsonan
dapat dibedakan atas konsonan bersuara dan konsonan tak bersuara.

Konsonan bersuara, yaitu konsonan yang terjadi jika udara yang keluar
dari rongga ujaran turut menggetarkan pita suara. Konsonan yang
dihasilkan ialah m, b, v, n, d, r, ñ, j, η, g, dan R.

Konsonan tak bersuara, yaitu konsonan yang terjadi jika udara yang
keluar dari rongga ujaran tidak menggetarkan suara. Konsonan yang
dihasilkan ialah p, t, c, k, ?, f, Š, x, dan h.

d. Pembentukan Konsonan Berdasarkan Jalan Keluarnya Udara
Berdasarkan jalan keluarnya udara dari rongga ujaran, konsonan dapat
dibedakan atas konsonan oral dan konsonan nasal.

Konsonan oral, yaitu konsonan yang terjadi jika udara keluar melalui
rongga mulut. Konsonan yang dihasilkan ialah p, t, c, k, ?, b, d, j, g, f, Š,
x, h, r, l, w, dan y.

Konsonan nasal, yaitu konsonan yang terjadi jikaudara keluar melalui
rongga hidung. Konsonan yang dihasilkan ialah m, n, ñ, dan η.

C. Berdasarkan Jenis Hambatan

1. Bunyi stop atau bunyi letus, bunyi yang dihasilkan dengan udara
terhenti sama sekali dan dilepaskan dengan tiba-tiba.

Contoh: [p], [b]
2. Bunyi geser atau frikatif, bunyi yang dihasilkan dengan udara yang
mengalami geseran.
Contoh: [f], [s]
3. Bunyi afrikat atau paduan, bunyi yang dihasilkan dengan udara yang
tidak terhenti sama sekali dan juga tidak mengalami geseran.
Contoh: [c], [j]
4. Bunyi lateral atau samping, bunyi yang dihasilkan dengan udara
melalui sisi lidah yang menghalangi keluarnya udara.
Contoh: [l]
5. Bunyi getar, bunyi yang dihasilkan dengan cara udara tergetar di dalam
mulut yang disebabkan oleh getaran lidah.
Contoh: [r]
6. Bunyi semi vokal atau luncur, bunyi yang dihasilkan dengan udara
meluncur (bukannya tanpa hambatan sama sekali).
Contoh: [w], [y].

Rabu, 22 April 2020

HAKIKAT PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK


1.   Definisi
       a. Pertumbuhan
       Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak yang sehat pada waktu yang normal. Pertumbuhan dapat juga diartikan sebagai proses transmisi dari konstitusi fisik (keadaan tubuh atau keadaan jasmaniah) yang herediter dalam bentuk proses aktif secara berkesinambungan. Jadi, pertumbuhan berkaitan dengan perubahan kuantitatif yang menyangkut peningkatan ukuran dan struktur biologis.
       Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan fisik secara kuantitatif yang menyangkut peningkatan ukuran dan struktur biologis. Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil proses pematangan fungsi dalam perjalanan waktu tertentu. Pertumbuhan dapat pula diartikan sebagai proses transmisi dari konstitusi fisik (keadaan tubuh atau keadaan jasmaniah) yang herediter dalam bentuk proses aktif berkesinambungan.
        Hasil pertumbuhan antara lain bertambahnya ukuran kuantitatif badan anak, seperti berat, panjang, dan kekuatannya. Begitu pula pertumbuhan akan mencakup perubahan yang semakin sempurna pada sistem jaringan saraf dan perubahan-perubahan struktur jasmani lainnya. Dengan demikian, pertumbuhan dapat diartikan sebagai proses perubahan dan pematangan fisik.
        Pertumbuhan jasmani berakar pada organisme yang selalu berproses untuk menjadi besar. Pertumbuhan jasmaniah ini dapat diteliti dengan mengukur berat, panjang, dan lingkaran seperti lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggul, lingkar lengan dan lain-lain. Dalam pertumbuhannya, setiap bagian tubuh mempunyai perbedaan tempo kecepatan. Misalnya, pertumbuhan alat kelamin berlangsung paling lambat pada masa anak-anak tetapi mengalami percepatan pada masa pubertas. Sebaliknya, pertumbuhan susunan saraf pusat berlangsung pada akhir masa anak-anak dan berhenti pada masa pubertas.
        Perbedaan kecepatan masing-masing bagian tubuh mengakibatkan adanya perbedaan keseluruhan proporsi tubuh dan juga menimbukan perbedaan dalam fungsinya.
               b. Perkembangan
        Secara umum konsep perkembangan dikemukakan oleh Werner(1957) bahwa perkembangan berjalan dengan prinsip orthogenetis, perkembangan berlangsung dari keadaan global dan kurang berdiferensiasi sampai ke keadaan di mana diferensiasi, artikulasi, dan integrasi meningkat secara bertahap. Proses diferensiasi diartikan sebagai prinsip totalitas pada diri anak. Dari penghayata totalitas itu lambant laun bagian- bagiannya akan menjadi semakin nyata dan bertambah jelas dalam kerangka keseluruhan.
         Menurut Werner (1957) perkembangan sesuai dengan prinsip orthogenetis, yaitu perkembangan berlangsung dari keadaan global dan kurang berdiferensiasi sampai pada keadaan diferensiasi, arikulasi, dan integrasi meningkat secara bertahap. Proses diferensiasi itu bersifat totalitas pada diri anak. Bahwa bagian-bagian penghayatan totalitas itu lambat laun semakin nyata dan bertambah jelas dalam kerangka keseluruhan.
        Merupakan suatu deretan perubahan-perubahan yang tersusun dan berarti, yg berlangsung pada individu dalam jangka waktu tertentu.  Lebih menujuk pada kemajuan mental/perkembangan rohani yg melaju terus sampai akhir hayat. Merupakan proses yang sifatnya menyeluruh/holistic mencakup proses biologis, kognitif, dan psikososial.
c.   Pertumbuhan dan Perkembangan menurut para ahli.
        Pendapat para ahli biologi tentang arti pertumbuhan dan perkembangan pernah dirangkumkan oleh Drs. H. M. Arifin, M. Ed. bahwa pertumbuhan diartikan sebagai suatu penambahan dalam ukuran bentuk, berat atau ukuran dimensif tubuh serta bagian-bagiannya. Sedangakn perkembangan menunjuk pada perubahan-perubahan dalam bentuk bagian tubuh dan integrasi pelbagai bagiannya ke dalam satu kesatuan fungsional bila pertumbuhan itu berlangsung. Intinya bahwa pertumbuhan dapat diukur sedangkan perkembangan hanya dapat dilihat gejala-gejalanya. Perkembangan dan pertumbuan selalu seiring dan sejalah jadi keduanya merupakan satu kesatuan
Dengan mengkaji tentang Pertumbuhan dan Perkembangan  maka
Pertumbuhan bisa didefinisikan sebagai proses perubahan fisiologis yang bersifat progresif dan kontinyu serta berlangsung dalam waktu periode tertentu. Sebagai hasil dari bertumbuhnya ukuran tubuh (fisik), kekuatan otot dan tulang manusia,organ tubuh menjadi lebih sempurna. Sedangkan, perkembangan lebih mengacu pada perubahan karakteristik dari gejala-gejala psikologis ke arah yang lebih maju. Perkembangan merupakan suatu proses perubahan yang bersifat Progressif, dan menyebabkan tercapainya kemampuan dan karakteristik psikis yang baru. Perkembangan akan mencapai suatu kematangan. (Berk, 1989)
        Perkembangan berkaitan erat dengan pertumbuhan, maka pada saatnya, anak akan mencapai Kematangan (mature). Pertumbuhan menunjukkan perubahan biologis yang bersifat kuantitatif. Sedangkan kematangan itu sendiri meunjukkan perubahan biologis yang bersifat kulitatif.
Pertumbuhan dan kematangan merupakan proses yang saling berkaitandan keduanya merupakan perubahan yang berasal dari dalam diri anak yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Hal tersebut dapat dipercepat dengan adanya rangsangan-rangsangan dari lingkungan, dalam batas-batas tertentu.
Perkembangan itu sendiri dapat dicapai karena adanya proses belajar dan proses belajar itu sendiri hanya bisa berhasil jika ada kematangan.
 Dengan mempelajari perkembangan peserta didik kita memperoleh beberapa keuntungan:
1. mempunyai ekspektasi yang nyata tentang anak dan remaja
2.  pengetahuun tentang psikologi perkembangan anak membantu kita    untuk merespons  sebagaimana mestinya pada perilaku tertentu dari  anak
3.    pengetahuan tentang perkembangan anak akan membantu mengenali berbagai penyimpangan dari perkembangan yang normal
4.    perkembangan anak akan membantu memahami diri sendiri
.
Ø  . Pengertian Perkembangan vs Pertumbuhan
Santrock Yussen (1992) mengatakan bahwa perkembangan merupakan pola perkembangan individu yang berawal pada masa konsepsi dan terus berlanjut sepanjang hayat dan bersifat involusi. Pendapat ini sangat tepat untuk menjelaskan pengertian perkembangan. Manusia berkembang tidak hanya dari masa kelahiran saja tetapi dari masa konsepsi manusia sudah mulai berkembang. Masa konsepsi mempunyai arti waktu dimana sel telur (ovum) bertemu sperma. Pada saat itu pula manusia berkembang hingga mempunyai bagian-bagian tubuh yang lengkap. Perkembangan manusia akan terus berlanjut sampai saat pengambilan ruh tiba. Semua makhluk Tuhan tidak akan tahu kapan perkembangan dalam dirinya itu terhenti. Menurut E.B Hurlock perkembangan bersifat kualitatif dan kuantitatif, artinya proses perkembangan ada yang dapat diukur dan adapula yang tidak dapat diukur. Misalnya perkembangan otak manusia tidak dapat kita lihat proses perkembangannya, yang kita lihat adalah gejala-gejalanya. Demikian pengertian dari perkembangan itu sendiri.
Selanjutnya pengertian pertumbuhan menurut Drs. H. M. Arifin, M.Ed, pertumbuhan merupakan suatu penambahan dalam ukuran bentuk, berat atau ukuran dimensif serta bagian-bagiannya. Dalam pengertian tersebut dapat kita ambil gagasan bahwa manusia dikatakan mengalami pertumbuhan jika dalam dirinya terjadi penambahan fisik, misalnya bertambah tingginya tubuh individu, penambahan berat badan dan ukuran bentuk dari bagian-bagian tubuh individu. Hal ini menandakan bahwa pertumbuhan bersifat kuantitatif.
Sekarang kita tahu perbedaan perkembangan dan pertumbuhan, dimana keduanya merupakan bentuk perubahan dalam diri individu. Dalam pengertian yang kita kemukakan di depan perkembangan manusia bersifat kualitatif. Intinya bahwa pengertian pertumbuhan dapat mencakup pengertian perkembangan, namun pengertian perkembangan tidak semuanya diartikan dalam petumbuhan.
Ø  . Anak Sebagai Suatu Totalitas
Kata “Totalitas” berarti menyeluruh. Dalam hal ini dikatakan bahwa “anak sebagai totalitas” mempunyai arti anak adalah makhluk hidup yang merupakan satu kesatuan dari keseluruhan aspek yang terdapat dalam dirinya (menurut Prof. Dr. Conny R.S). Maksud dari pendapat tersebut adalah adanya hubungan erat dan keterkaitan antar seluruh aspek dalam diri seorang anak dimisalkan dalam kehidupan sehari-hari pada saat anak menangis maka nanti wajahnya akan berubah menjadi warna kemerah-merahan. Dari contoh tersebut telah terbukti ada saling keterkaitan antara aspek menangis dengan berubahnya raut wajah sang anak. Hal ini membuktikan bahwa pendapat dari Prof. Dr. Conny R.S sesuai dalam mengartikan anak sebagai “totalitas”.

Ø  . Perkembangan Sebagai Proses Holistik dari Aspek Biologis, Kognitif dan Psikososial.
Maksud dari proses holistik adalah suatu proses yang menyeluruh. Sehingga perkembangan sebagai proses holistik mempunyai arti bahwa tidak hanya aspek tertentu saja yang terlibat dalam perkembangan, namun keseluruhan aspek yang terjalin satu sama lain juga ikut dilibatkan.
Dalam buku yang dikarang oleh Santrock dan Yussen, 1992 dikatakan bahwa perkembangan dikeloompokkan dalam tiga domain yaitu proses biologis, kognitif dan psikososial. Ketiga proses ini memiliki keterkaitan satu sama lain. Dari katanya saja kita sudah bisa menebak arti dari masing-masing proses tersebut.
Ø Proses biologis mempunyai arti perubahan-perubahan yang terjadi dalam tubuh individu.
Ø Proses kognitif maksudnya adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada kemampuan diri individu dalam berbagai aspek.
Ø Proses psikososial mencakup perubahan-perubahan dalam berbagai aspek yang berhubungan dengan orang lain.
Ketiga proses diatas mempunyai hubungan yang erat.. Misalnya seorang anak yang mempunyai penyakit Folio, ia sulit untuk berjalan, dan akhirnya ia merendahkan dirinya saat melihat teman-temannya bisa berlari. Dari contoh tersebut adanya keterkaitan antara proses biologis, kognitif dan psikososial. Pemberian motivasi anak pada usia dini sangat diperlukan sekali agar saat proses psikososialnya nanti tidak ada hal yang tidak kita inginkan dalam diri anak.
Ø  . Kematangan vs Pengalaman dalam Perkembangan Anak
Inilah “kematangan dan pengalaman” berhubungan dengan perkembangan anak. Menurut Santrock dan Yussen, kematangan dapat diartikan urutan perubahan yang dialami individu yang teratur yang ditentukan oleh rancangan genetiknya. Dari pendapat tersebut dapat dikatakan kematangan itu merupakan pembawaan. Sedangkan pengalaman adalah sesuatu yang dilihat, dilakukan, dan dialami dalam lingkungan.
Sebagian pendapat dari para ahli mengemukakan bahwa pengalaman dalam suatu lingkungan sangat mempengaruhi perkembangan anak. Namun sebenarnya antara kematangan dan pengalaman, kedua-duanya mempunyai peran penting dalam perkembangan anak, tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Misalkan di sini adalah seorang anak yang sulit sekali untuk menangkap materi pelajaran di sekolah, maka cara penganalisiannya dengan kita mencari terlebih dahulu hal-hal yang menyebabkan otaknya sulit menangkap materi. Bila hal yang mempengaruhinya adalah faktor lingkungan anak, maka akan beda cara penyelesaian masalah ini dengan yang disebabkan oleh faktor generik (pembawaan).
Ø  . Kontinuitas dan Diskontinuitas 
Kontinuitas dan diskontinuitas merupakan kata yang berlawanan arti. Kontinuitas berarti kesinambungan (continuity) sedangkan diskontinuitas berarti tidak kesinambungan (discontuinity). Dari kedua arti tersebut akan tergambar dalam pikiran kita pengertian kontinuitas dan diskontinuitas dalam perkembangan. Sebagian para ahli yang menekankan segi kesinambungan mempunyai arti bahwa perkembangan itu merupakan perubahan komulatif yang berlangsung secara bertahap dari masa konsepsi hingga meninggal dunia. Dimisalkan disini adalah seorang anak yang mulanya hanya bisa mengucapkan satu kata, dua kata dan seterusnya hingga ia bisa berbicara dengan baik dan pelafalan yang benar.
Sedangkan para ahli yang menekankan segi ketidaksinambungan (discontuinity) dalam perkembangan menganggap bahwa proses perkembangan individu melibatkan tahapan-tahapan yang berbeda. Misalkan disini adalah deskripsi tahap berpikir anak dari piaget - sensori motor, praoperasional, konkrit operasional, dan formal operasional. Contoh tersebut menggambarkan bagaimana perbedaan kualitatif (diskontinuitas) itu terjadi dalam proses perkembangan berpikir anak.

2.Faktor-Faktor yang mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan
        Sejak- awal tahun 1980-an semakin diakuinya pengaruh keturunan (genetik) terhadap perbedaan individu. Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian perilaku genetik yang mendukung, pentingnya pengaruh keturunan menunjukkan tentang pentingnya pengaruh lingkungan. Perilaku yang kompleks yang menarik minat para ahli psikologi (misalnya temperamen, kecerdasan dan kepribadian) mendapat pengaruh yang sama kuatnya baik dari faktor-faktor lingkungan maupun keturunan (genetik).
 Aspek-aspek yang mempengaruhi faktor genetic, menurut Santrok (1992), banyak aspek yang dipengaruhi laktor genetik. Para ahli genetik menaruh minat yang sangat besar untuk mengetahui dengan pasti tentang variasi karakteristik yang dapat dipengaruhi oleh faktor genetik. Kecerdasan dan temperamen merupakan aspek-aspek-yang paling banyak ditelaah yang dalam perkembangannya dipengaruhi oleh keturunan.
        a.Kecerdasan
        Arthur Jensen (1969) mengemukakan pendapatnya bahwal kecerdasan itu diwariskan (diturunkan). Ia juga mengemukakan bahwa lingkungan dan budaya hanya mempunyai peranan minimal dalam kecerdasan.
        b.Temperamen
        Temperamen adalah gaya-perilaku karakteristik individu dalam merespons. Ahli-ahli perkembangan sangat tertarik mengenai temperamen bayi. Sebagian bayi sangat aktif menggerak-gerakkan tangan, kaki dan mulutnya dengan keras, sebagian lagi lebih tenang, sebagian anak menjelajahi lingkungannya dengan giat pada waktu yang lama dan sebagian lagi tidak demikian.    
c. Interaksi keturunan dan lingkungan dalam perkembangan
           Keturunan dan lingkungan berjalan bersama atau bekerja sam dan menghasilkan individu dengan kecerdasan, temperamen tinggi dan berat badan, minat yang khas. Karena pengaruh lingkungan bergantung pada karakteristik genetik, maka dapat dikatakan bahwa antara keduanya terdapat interksi.
Pengaruh genetic terhadap kecerdasan terjadi pada awal perkembangan anak dan berlanjut terus sampai dewasa. Kita ketahui pula bahwa dengan dibesarkan pada keluarga yang sama dapat terjadi perbedaan kecerdasan secara individual dengan variasi yang kecil pada kepribadian dan minat.  Salah satu alasan terjadinya hal itu ialah mungkin karena keluarga mempunyai penekanan yang sama kepada anak-anaknya berkenaan dengan perkembangan kecerdasan yaitu dengan mendorong anak mencapai tingkat tertinggi.


Pada pembahasan jiwa (anima) diketahui bahwa manusia memiliki kesempurnaan dibanding makluk yang lain. Manusia dalam hidup mengalami perubahan-perubahan baik fisik maupun kejiwaan (fisiologis dan psikologis). Banyak faktor yang menetukan perkembangan manusia, yang mengakibatkan munculnya berbagai teori tentang perkembangan manusia. Teori-teori tersebut adalah sebagai berikut:

1.Teori Nativisme
Pelopor teori ini adalah Athur Schopenhauer. Teori ini menyatakan bahwa perkembangan      manusia dipengaruhi oleh nativus atau faktor-faktor bawaan manusia sejak dilahirkan. Teori ini menegaskan bahwa manusia memiliki sifat-sifat tertentu sejak dilahirkan yang mempengaruhi dan menentukan keadaan individu yang bersangkutan. Faktor lingkungan dan pendidikan diabaikan dan dikatakan tidak berpengaruh terhadap perkembangan manusia.
 Teori ini memiliki pandangan seolah-olah sifat-sifat manusia tidak bisa diubah karena telah ditentukan oleh sifat –sifat turunannya. Bila dari keturunan baik maka akan baik dan bila dari keturunan jahat maka akan menjadi jahat. Jadi sifat manusia bersifat permanen tidak bisa diubah. Teori ini memandang pendidikan sebagai suatu yang pesimistis serta mendeskreditkan golongan manusia yang “kebetulan” memiliki keturunan
 yang tidak  baik.

2.Teori empirisme
            Berbeda dengan teori sebelumnya, teori ini memandang bahwa perkembangan individu dipengaruhi dan ditentukan oleh pengalaman-pengalaman yang diperoleh selama perkembangan mulai dari lahir hingga dewasa. Teori ini memandang bahwa pengalaman adalah termasuk pendidikan dan pergaulan. Penjelasan teori ini adalah manusia pada dasarnya merupakan kertas putih yang belum ada warna dan tulisannya akan menjadi apa nantinya manusia itu bergantung pada apa yang akan dituliskan.
Pandangan teori ini lebih optimistik terhadap pendidikan, bahkan pendidikan adalh termasuk faktor penting untuk menenukan perkembangan manusia.Teori ini dipolopori oleh
Jhon Locke.

3.Teori Konvergensi
Teori ini merupakan gabungan dari kedua teori di atas yang menyatakan bahwa pembawaan dan pengalaman memiliki peranan dalam mempengaruhi dan menentukan perkembangan individu. Asumsi teori ini berdasar eksperimen dari William Stern terhadap dua anak kembar. Anak kembar memiliki sifat keturunan yang sama, namun setelah dipisahkan dalam lingkungan yang berbeda anak kembar tersebut ternyata memiliki sifat yang berbeda. Dari sinilah maka teori ini menyimpulkan bahwa sifat keturunan atau pembawaan bukanlah faktor mayor yang menentukan perkembangan individu tapi turut juga disokong oleh faktor lingkungan.
           Faktor pembawaan manusia dalam teori ini disebut sebagai faktor endogen yang meliputi faktor kejasmanian seperti kulit putih, rambut keriting, rambut warna hitam. Selain faktor kejasmanian faktor ada juga faktor pembawaan psikologis yang disebut dengan temperamen. Temperamen berbeda dengan karakter atau watak. Karakter atau watak adalah keseluruhan ari sifat manusia yang namapak dalam perilaku sehari-hari sebagai hasil dari pembawaan dan lingkungan dan bersifat tidak konstan. Jika watak atau karakter bersifat tidak konstan maka temperamen bersifat konstan. Selain temperamen dan sifat jasmani, faktor endogen lainnya yang ada pada diri manusia adalah faktor bakat (aptitude). Aptitude adalah potensi-potensi yang memungkinkan individu berkembang ke satu arah.
              Untuk faktor lingkungan yang dimaksud dalam teori ini disebut sebagai faktor eksogen yaitu faktor yang datang dari luar diri manusia berupa pengalaman, alam sekitar, pendidikan dan sebagainya yang populer disebut sebagai milieu. Perbedaan antara lingkungan dengan pendidikan adalah terletak pada keaktifan proses yang dijalankan. Bila lingkungan bersifat pasif tidak memaksa bergantung pada individu apakah mau menggunakan kesempatan dan manfaat yang ada atau tidak. Sedangkan pendidikan bersifat
 aktif dan sistematis serta dijalankan penuh kesadaran.

4.Fase-Fase Perkembangan
         Setiap orang berkembang dengan karakteristik tersendiri. Hampir sepanjang waktu perhatian kita tertuju pada keunikan masing-masing. Sebagai manusia, sctiap orang melalui jalan-jalan yang umum. Setiap diri kita mulai belajar berjalan pada usia satu tahun, berjalan pada usia dua tahun, tenggelam pada -permainan fantasi pada niasa kanak-kanak dan belajar mandiri pada usia remaja  atau usia sekolah menengah umum.
        Yang dimaksud dengan perkembangan individu menurut Santrok dan Yussen (1992) perkembangan adalah pola gerakan atau perubahan yang dimulai pada saat terjadi pembuahan dan berlangsung terus selama siklus kehidupan. Dalam perkembangan terdapat pertumbuhan. Pola gerakan itu kompleks karena merupakan hasil (produk) dari beberapa proses : proses
 biologis, proses kognitif dan proses sosial.
          Untuk memudahkan pemahaman tentang perkembangan maka dilakukan pembagian berdasarkan waktu-waktu yang dilalui manusia dengan sebutan fase. Santrok dan Yussen membaginya atas lima yaitu: fase pranatal (saat dalam kandungan), fase bayi, fase kanak-kanak awal, fase anak akhir dan fase remaja. Perkiraan waktu ditentukaii padn setiap fase tintuk memperoleh gambaran waktu suatu fase itu dimulai dan berakhir.
        1. Fase pra natal (saat dalam kandungan)
         Adalah waktu yang terletak antara masa pembuahan dan masa kelahiran. Pada saat ini terjadi pertumbuhan yang luar biasa dari satu sel menjadi satu organisme yang lengkap dengan otak dan kemampuan berperilaku, dihasilkan dalam waktu Iebih kurang sembilan bulan.
        2. Fase bayi adalah saat perkembangan
        Berlangsung sejak lahir sampai 18 atau 24 bulan. Masa ini adalah masa yang sangat bergantung kepada orang tua. Banyak kegiatan-kegiatan psikologis yang baru dimulai misalnya; bahasa, koordinasi sensori motor dan sosialisasi.

3. Fase kanak-kanak awal
        Adalah fase perkembangan yang berlangsung sejak akhir masa bayi sampai 5 atau 6 tahun, kadang-kadang disebut masa pra sekolah. Selama fase ini mereka belajar melakukan sendiri banyak hal dan berkembang keterampilan-keterampilan yang berkaitan dengan kesiapan untuk bersekolah dan memanfaatkan waktu selama beberapa jam untuk bermain sendiri ataupun dengan temannya. Berakhirnya fase ni memasuki kelas satu S D.  
        4. Fase kanak-kanak tengah dan akhir
        Adalah fase perkembangan yang berlangsung sejak kira-kira umur 6 sampai 11 tahun, sama dengan masa usia sekolah dasar. Anak-anak menguasai keterampilan-keterampilan dasar membaca, menulis dan berhitung. Secara formal mereka mulai memasuki dunia yang lebih luas dengan budayanya. Pencapaian prestasi menjadi arah perhatian pada dunia anak, dan pengendalian diri sendiri bertambah pula.
5. Fase remaja
        Adalah masa perkembangan yang merupakan transisi dari masa anak-kanak ke masa dewasa awal, yang dimulai kira-kira umur 10 sampai 12 tahun dan berakhir kira-kira umur 18 sampai 22 tahun. Remaja mengalami perubahan-penibahan fisik yang sangat cepat, perubahan perbandingan ukuran bagian-bagian badan, berkembangnya karakteristik seksual seperti membesarnya payudara, tumbuhnya rambut pada bagian tertentu dan perubahan suara. Pada fase ini dilakukan upaya-upaya untuk mandiri dan pencarian identifas diri. Pemikirannya Iebih logis, abstrak dan idealis. Semakin lama banyak waktu dimanfaatkan di luar keluarga.
 Pada saat ini para ahli tidak lagi berpendapat bahwa perubahan-perubahan akan berakhir pada fase ini. Mereka mengatakan bahwa perkembangan merupakan proses yang terjadi sepanjang hayat.

Kesimpulan 
Perkembangan mempunyai arti suatu proses perubahan individu yang pelaksanaannya teratur berawal dari masa konsepsi dan berlangsung sampai akhir hayat. Sedangkan pertumbuhan merupakan proses perubahan individu secara fisik. Perkembangan dan pertumbuhan pada diri individu dapat diamati gejala-gejalanya. Dalam perkembangan peserta didik banyak berbagai proses yang saling terkait yaitu proses biologis, kognitif, psikososial. Ketiga proses ini tidak dapat terpisahkan satu sama lain. Pendapat-pendapat para ahli yang berbeda dalam hal pengertian istilah-istilah dalam perkembangan dan penjelasan materi menjadikan pembahasan tentang Hakikat Perkembangan Peserta Didik lebih luas materi dan penjelasannya







 

D'Paragon, Kost Eksklusif yang Cocok untuk Kuliah dan WFH

 Bagi mahasiswa dan profesional muda yang membutuhkan tempat tinggal nyaman, tenang, dan modern, D'Paragon adalah pilihan yang tepat. Di...