PERKEMBANGAN EMOSI ANAK


A.    PENGERTIAN EMOSI

Dalam kehidupan banyak sekali permasalahan, dalam berita-berita banyak dikabarkan orang masuk bui hanya karena tidak dapat menahan emosi. Pemukulan, adu fisik dan bahkan pembunuhan. Alangkah sayangnnya permasalah itu timbul hanya karena masalah sepele dan emosi yang meluap-luap.

Beberapa kejadian buruk diakibatkan karena emosi, sungguhnya emosi sendiri itu apa? banyak pakar psikologi yang meguraikan emosi itu seperti apa, yaitu :
Kata emosi berasal dari bahasa latin, yaitu emovere, yang berarti bergerak menjauh. Arti kata ini menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi. Menurut Daniel Goleman (2002 : 411) emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak.
Biasanya emosimerupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri individu. Sebagai contoh emosi gembira mendorong perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara fisiologi terlihat tertawa, emosi sedih mendorong seseorang berperilaku menangis.
Emosiberkaitan dengan perubahan fisiologis dan berbagai pikiran. Jadi, emosi merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia, karena emosi dapat merupakan motivator perilaku dalam arti meningkatkan, tapi juga dapat mengganggu perilaku intensional manusia. (Prawitasari,1995)
Beberapa tokoh mengemukakan tentang macam-macam emosi, antara lain Descrates. Menurut Descrates, emosi terbagi atas : Desire (hasrat), hate (benci), Sorrow (sedih/duka), Wonder (heran), Love (cinta) dan Joy (kegembiraan). Sedangkan JB Watson mengemukakan tiga macam emosi, yaitu : fear (ketakutan), Rage(kemarahan), Love (cinta).
Daniel Goleman (2002 : 411) mengemukakan beberapa macam emosi yang tidak berbeda jauh dengan kedua tokoh di atas, yaitu :
a. Amarah : beringas, mengamuk, benci, jengkel, kesal hati
b. Kesedihan : pedih, sedih, muram, suram, melankolis, mengasihi diri, putus asa
c. Rasa takut : cemas, gugup, khawatir, was-was, perasaan takut sekali, waspada, tidak tenang, ngeri
d. Kenikmatan : bahagia, gembira, riang, puas, riang, senang, terhibur, bangga
e. Cinta : penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat,  dan kemesraan
f. Terkejut : terkesiap, terkejut
g. Jengkel : hina, jijik, muak, mual, tidak suka
h. malu : malu hati, kesal
Seperti yang telah diuraikan diatas, bahwa semua emosi menurut Goleman pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak. Jadi berbagai macam emosi itu mendorong individu untuk memberikan respon atau bertingkah laku terhadap stimulus yang ada.
Dalam the Nicomachea Ethics pembahasan Aristoteles secara filsafat tentang kebajikan, karakter dan hidup yang benar, tantangannya adalah menguasai kehidupan emosional kita dengan kecerdasan. Nafsu, apabila dilatih dengan baik akan memiliki kebijaksanaan; nafsu membimbing pemikiran, nilai, dan kelangsungan hidup kita.
Tetapi, nafsu dapat dengan mudah menjadi tak terkendalikan, dan hal itu seringkali terjadi. Menurut Aristoteles, masalahnya bukanlah mengenai emosionalitas, melainkan mengenai keselarasan antara emosi dan cara mengekspresikan (Goleman, 2002 : xvi).
Menurut Mayer (Goleman, 2002 : 65) orang cenderung menganut gaya-gaya khas dalam menangani dan mengatasi emosi mereka, yaitu : sadar diri, tenggelam dalam permasalahan, dan pasrah. Dengan melihat keadaan itu maka penting bagi setiap individu memiliki kecerdasan emosional agar menjadikan hidup lebih bermakna dan tidak menjadikan hidup yang di jalani menjadi sia-sia.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa Pengertian Emosi adalah suatu perasaan (afek) yang mendorong individu untuk merespon atau bertingkah laku terhadap stimulus, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar dirinya.
B.     MERANGSANG PERKEMBANGAN ANAK
1.      Kendalikan emosi orangtua
Orangtua harus bisa mengenal dan mengendalikan emosinya sendiri sebelum mengasah kepekaan emosi anak, Intinya, bagaimana mungkin orangtua mengajari anak mengendalikan emosi sementara ia sendiri sering kehilangan kontrol atas emosinya.

2. Minta anak mengenali emosinya
Dengan mengetahui apa yang dirasakan, lebih mudah bagi anak untuk mengendalikan emosinya. Sebagai gambaran, sering kali anak uring-uringan tidak jelas, maunya marah-marah saja meski permintaannya sudah dituruti. Hal ini terjadi karena anak tidak mengenal dengan baik apa yang dirasakannya saat itu. Orangtua diharapkan bisa membantu anak dengan mengidentifikasi perasaannya.
3.                       Salurkan emosi secara positif
Saat mainan dirusak, anak bisa jadi marah-marah atau memukul. Tunjukkan pada anak beberapa alternatif penyaluran emosi secara positif. Kalau kesal karena diejek teman, katakan bahwa mengejek memang tidak baik. Ajari anak untuk berani mengungkapkan kepada si pengejek, ia tidak suka diejek. Jika tak mempan, ajak anak untuk mencari teman lain yang baik dan tak menanggapi ejekan itu.

4.      Beri reward
Saat anak dapat mengendalikan emosi, orangtua dapat memberikan reward berupa pelukan atau acungan jempol.

C.    PENGARUH EMOSI ANAK TERHADAPAP PERILAKU DAN PERUBAHAN FISIK

Dibawah ini adalah beberapa contoh tentang pengaruh emosi terhadap perilaku individu di antaranya sebagai berikut :
a. Memperkuat semangat, apabila orang merasa senang atau puas atas hasil yang telah dicapai.
b. Melemahkan semangat, apabila timbul rasa kecewa karena kegagalan dan sebagai puncak dari keadaan ini ialah timbulnya rasa putus asa (frustasi)
c. Menghambat atau mengganggu konsentrasi belajar, apabila sedang mengalami ketegangan emosi dan bisa juga menimbulkan sikap gugup (nervous) dan gagap dalam berbicara.
d. Terganggu penyesuaian social, apabila terjadi rasa cemburu dan iri hati.
e. Suasana emosional yang diterima dan dialami individu semasa kecilnya akan mempengarui sikapnya dikemudian hari, baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap orang lain.

Sedangkan perubahan emosi terhadap perubahan fisik (jasmani) antara lain :
a. reaksi elektris pada kulit: meningkat bila terpesona,
b. peredaran darah: bertambah cepat bila marah,
c. denyut jantung: bertambah cepat bila terkejut,
d. pernapasan: bernapas panjang kalau kecewa,
e. pupil mata: membesar mata bila marah,
f. liur: mengering kalau takut atau tegang,
g. bulu roma: berdiri kalau takut,
h. pencernaan: mencret-mencret kalau tegang,
i. otot: ketegangan dan ketakutan menyebabkan otot menegang atau bergetar (tremor),
j. komposisi darah: komposisi darah akan ikut berubah karena emosional yang menyebabkan kelenjar-kelenjar lebih aktif.

D.    KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN EMOSI ANAK

1.      Karakteristik Perkembangan Emosi
Menurut Masnipal (2013: 117), ada beberapa ciri utama reaksiemosi sosial anak usia dini, yaitu :
1.      Anaklebih sering terjadi perselisihan dengan teman sebaya, menunjukkan sikap suka-tidak suka (walaupun rentang benci pendek), suka merajuk (menangis dan bersembunyi sendiri bila dimarahi), sedih bila barang kesayangannya hilang/mati.
2. Kegiatan berteman lebih intens, bermain bersama di rumah maupun diluar rumah, hubungan anggota keluarga seperti kaka lebih sering terjadi bentrokan, karena ana berusaha menunjukkan “kekuatannya” dihadapan anggota keluarga. Ia mau diakui sebagai salah satu anggota keluarga dengan hak yang sama.
3. Perilaku yang mencolok adalah perilaku marah/tidak senang dengan menyembunyikan diri sambil menangis, anak harus diakui sebagai bagian dari kelompok/keluarga, kegiatan pertemuan lebih intens, perselisihan mulai berkurang.
4. Interaksi anak dengan teman sebaya sangat intens, sudah jarang bertengkar atau bisa bekerjasama lebih lama, respons positif dari orang dewasa membuat anak dekat.

Sedangkan menurut Hurlock(1978) perkembangan emosi ini terlihat mencolok pada anak usia 2,5 tahun -3,5 tahun, dan 5,5-6,5 tahun. Perkembangan emosi dipengaruhi oleh kematangan dan belajar. Adapun karakteristik reaksi emosi sosial anak adalah sebagai berikut;
1. Reaksi emosi anak sangat kuat, dalam hal kekuatan, makin bertambahnya usia anak, dan semakin bertambah matangnya emosi anak maka anak akan semakin terampil dalam memiliki kadar keterlibatan emosionalnya.
2. Reaksi emosi seringkali muncul pada setiap peristiwa dengan cara yang diinginkannya. Semakin emosi anak berkembang menuju kematangannya, mereka akan belajar mengontrol diri dan memperlihatkan reaksi emosi dengan cara dapat diterima lingkungan.
3.  Reaksi emosi anak mudah berubah darisatu kondisi kekondisi lain.
4.  Reaksi emosi bersifat individual
5. Keadaan emosi anak dapat dikenali melalui gejala tingkah laku yang ditampilkan.
6. mosi dapat diketahui melalui gejala perilaku. Anak-anak mungkin tidak memperlihatkan reaksi emosional secara langsung, tetapi mereka memperlihatkan secara tidak langsung melalui kegelisahan, melamun, menangis, kesukaran berbicara, dan tingkah yang gugup, seperti menggigit kuku dan mengisap jempol.
7. Emosi seringkali tampak. Anak-anak seringkali memperlihatkan emosi yang meningkat dan mereka menjumpai bahwa ledakan emosional seringkali mengakibatkan hukuman, sehingga mereka belajar untuk menyesuaikan diri dengan situasi yang membangkitkan emosi. Kemudian mereka akan berusaha mengekang ledakan emosi mereka atau bereaksi dengan cara yang lebih dapat diterima(Hurlock, 1980: 2014).

Dari kedua uraian tersebutdiatas, dapat disimpulkan bahwa ciri utama reaksi sosial emosi pada anak adalah saling berkaitan diantara keduanya. Emosi sangat dipengaruhi oleh sosial atau lingkungan anak, dan proses sosial anak pun bisa dipengaruhi oleh emosi yang semakin berkembang. Semakin anak tumbuh maka semakin berkembang tingkat emosi sosial anak. Pada masa anak ini, emosi masih belum matang artinya masih belum bisa ia kendalikan. Reaksi sosial emosi anak tidak bisa dibuat-buat dan terjadi secara alami dalam proses interaksi dengan teman sebaya atauorang dewasa.
Reaksi emosional dapat ditimbulkan dari berbagai macam rangsangan. Pada masa bayi ada dua ciri khusus yaitu yang pertama emosi bayi disertai dengan reaksi perilaku yang terlampau hebat bagi rangsangan yang menimbulkannya, terutama dalam hal marah dan takut. Emosi itu singkat, tetapi kuat, sering muncul, tetapi bersifat sementara dan berubah menjadi emosi lain jika perhatian bayi dialihkan. Misalnya emosi ketika ada sesuatu yang membuat dirinya tidak nyaman, seperti kelaparan, buang air, kehausan dan tidak diperhatikan. Ciri khusus yang kedua adalah emosi lebih mudah dibiasakan pada masa bayi dibandingkan dengan periode lain, karena pada masa bayi tingkat kognisinya masih terbatas, artinya bentuk reaksi emosi pada masa ini lebih mudah dan cepat, contohnya menangis.
Pada usia3 atau 4 bulan pertama, bayi memperlihatkan sejumlah reaksi yang mengisyaratkan keadaan emosi. Pertama diciriksn dengan penurunan gerakan motorikdan perlambatan detak jantung sebagai respons terhadap peristiwa yang tidak diduga (rasa heran). Kedua, dicirikan dengan meningkatnya gerakan motoric, merapatnya kelopak mata, meningginya detak jantung, dan meledaknya tangisan. Hal ini menunjukkan reaksi terhadap rasa nyeri, dingin dan lapar. Ketiga, menurunnya ketegangan otot, dan meraptnya kelopak mata setelah pemberian makanan yang dinamakan sebagai relaksasi karena puas. Keempat, mencakup meningkatnya gerakan, senyuman, celotehan bergairah jika suatu peristiwa yang cukup dikenal atau interaksi sosial berlangsung.

Menurut SyamsuYusuf (:116), emosi sebagai suatu peristiwa psikologismemiliki beberapa cirrisebagai berikut:
1.      Lebih bersifat subjektif daripada peristiwa psikologis
lainnya,seperti:pengamatan dan berpikir.
2.      Bersifat fluktuatif (tidak tetap).
3.      Banyak bersangkut paut dengan peristiwa pengenalan panca indra.

Selanjutnya SyamsuYusuf (:116) juga berusaha menjelaskan ciri emosi antara anak-anak dan orang dewasa. Menurutnya, terdapat perbedaan cirri emosi anak dengan orang dewasa. Emosi anak memiliki ciri:
1.      Berlangsungsingkat dan berakhir tiba-tiba;
2.      Terlihat lebih hebat/kuat.
3.      Bersifat sementara/dangkal.
4.      Lebih sering terjadi.
5.       Dapat diketahui dengan jelas dari tingkah lakunya.

Sementara itu emosi orang dewasa memiliki cirri:
1.      Berlangsung lebih lama dan berakhir dengan terlambat.
2.      Tidak terlihat hebat/kuat,
3.       Lebih mendalam dan lama.
4.      Jarang terjadi.
5.      Sulit diketahui karena lebih pandai menyembunyikan.

Terdapat pola-pola emosi umum pada awal masa kanak-kanak, antara lain :
1.      AmarahAnak
mengungkapkan rasa marahnya dengan menangis, berteriak, menggertak, menendang, melompat-lompat atau memukul. Penyebab dari amarah ini yang paling umum adalah karena pertengkaran tenatang permainan, tidak tercapainya keinginan dan serangan hebat yang diterimanya dari orang lain.
2.      Takut Pembiasaan
peniruan, dan ingatan tentang pengalaman yang kurang menyenangkan merupakan penyebab dalam menimbulkan rasa takut, seperti cerita-cerita, acara televisi, dan film-film dengan unsur menakutkan. Pada mulanya reaksi anak terhadap rasa takut adalah panik, kemudian menjadi lebih khusus seperti lari, menghindar, dan bersembunyi, menangis dan menghindari situasi yang menakutkan.
3.      Cemburu
Anak menjadi cemburu bila ia mengira bahwa minat dan perhatian orang tua mulai beralih kepada oranglain didalam keluarga, biasanya adik yang baru lahir. Anak yang lebih muda dapat mengungkapkan kecemburuannya secara terbuka atau menunjukkannya dengan kembali berperilaku seperti anak kecil, seperti mengompol, pura-pura sakit, atau menjadi nakal. Perilaku ini semua bertujuan untuk menarik perhatian orang tua.
4.      Ingin Tahu
Anak mempunyai rasa ingin tahu terhadap hal-hal baru yang dilihatnya, juga mengenai tubuhnya dan tubuh orang lain. Reaksi pertama adalah dalam bentuk penjelajahan sensomotorik (meraba), kemudian berkembang menjadi bertanya.
5.      .Iri Hati
Anak-anak sering iri hati terhadap orang lain mengenai kemampuan atau barang yang dimiliki orang lain. Reaksi dari iri hatiini bermacam-macam, yang paling umum mengeluh dengan barang kepunyaan sendiri dan mengungkapkan ingin mempunyaibarang seperti orang lain atau dengan mengambil barang kepunyaan orang lain.
6.      Gembira
Anak-anak merasa bahagia karena sehat, bunyi yang tiba-tiba atau yang tidak diharapkan, bencana yang ringan, membohongi orang lain dan berhasil melakukan tugas yang dianggap sulit. Anak mengungkapkan kegembiraannya dengan tersenyum dan tertawa, bertepuk tangan, melompat-lompat atau memeluk benda atau orang yang membuat dirinya bahagia.
7.      Sedih
Penyebab anak-anak sedih yang paling umum adalah karena kehilangan segala sesuatu yang dicintainya atau yang dianggap penting bagi dirinya, seperti orang, binatang, atau benda mati seperti mainan dan benda yang ia sayangi. Secara khas anak mengungkapkan kesedihannya dengan menangis dan dengan kehilangan minat terhadapa kegiatan normalnya, termasuk makan.
8.      .Kasih Sayang
Anak-anak belajar mencintai orang, binatang, atau benda yang menyenangkannya. Ia mengungkapkan kasih sayang secara lisan bila sudah besar tetapi ketika masih kecil anak mengungkapkannya secara fisik, seperti memeluk, menepuk, dan mencium objek kasih sayangnya

Anak mengomunikasikan emosi melalui verbal, gerakan dan bahasa tubuh.Bahasa tubuh ini perlu kita cermati karena bersifat spontan dan seringkali dilakukan tanpa sadar. Dengan memahami bahasa tubuh inilah kita dapat memahami pikiran, ide, tingkah laku serta perasaan anak. Bahasa tubuhyang dapat diamati antara lain: ekspresi wajah, napas, atau gerakan.
Emosi anak dapat dikenali melalui gejala tingkah laku yang ditampilkan:
1. Cemas: murung, diam, keringat dingin, lari menjauh
2. Senang:senyum, mengeluarkan bunyi, bergumam,menyanyi, membelai, memeluk, mencium
3. Takut: mengkeret, wajahnya mengerut, berteriak-teriak
4. Marah: gregetan seperti mau melawan, berteriak ”tidak!”, menyakitidiri sendiri, menangis
5. Kesal: Menggigit, menjambak, membanting barang,mengangkat barang dengan satu tangan
6. Sedih: murung, tidak mau makan, melempar-lempar piring.
7. Kecewa: murung, wajahmemelas, cemberut.


Reaksi emosi anak usia dini dapat kita kenali dengan kasat mata atau terlihat jelas baik secara verbal anak maupun non verbal anak, pasalnya emosi anak selalu muncul secara kuat dan berhenti secara tiba-tiba. Reaksi emosi pada anak sangat berbeda dengan emosi pada orang dewasa.

2. Karakteristik Perkembangan Sosial
   a. .Periode bayi
·Usia 1-2 bulan, anak belum mampu untuk membereskan objek dan benda.
·Usia 3-4 bulan, mata sudah kuatmelihat orang/objek, tersenyum kepada orang lain.
·Usia 5-6 bulan,bereaksi berbeda terhadap suara, terkadang agresif, memegang, melihat, mengikuti suara dan tingkah laku yang sederhana.
·Usia 12 bulan, mengenal larangan.
·Usia 24 bulan, anak sudah membantu melakukan aktivitas sederhana.

b. .Periode Prasekolah
·Membuat kontak sosial dengan orang di luar rumahnya.
·Mulai dapat bermain bersama
·Mulai menujukkan tingkat laku sosial, seperti:
 a. Pembangkangan (negativisme): merupakan tingkah laku yang terjadi sebagai reaksi terhadap segala bentuk penerapan disiplin dan tuntutan orang tua atau lingkungan yang tidak sesuai dengan keinginan anak. Tingkah laku ini muncul pada anak yang berusia 18 bulan sampai tiga tahun, dan mulai menurun pada usia 4 –6 tahun.
b. Agresi (aggression):perilaku menyerang balik secara fisik (nonverbal) dan kata-kata (verbal). Agresi merupakan salah satu bentuk reaksi terhadap rasa frustasi (rasa kecewa karena tidak terpenuhi kebutuhan dan keinginannya). Biasanya bentuk ini ditunjukkan dengan perilaku menyerang seperti mencubit, menggigit, menendang, dan memukul.
c.Berselisih (arrguing): merupakan suatu sikap yang terjadi jika anak merasa tersinggung atau terganggu dengan sikap atau perilaku orang lain.
d.Menggoda (teasing): merupakan serangan mental terhadap orang lain dalam bentuk verbal (kata-kata ejekan atau cemoohan) maupun nonverbal (perbuatan yang bertujuan untuk mengganggu atau usil) yang menimbulkan marah pada orang yang digodanya.
e.Persaingan (rivaly):keinginan untuk melebihi orang lain dan selalu didorong oleh orang lain. Sikap inimulai terlihat pada usia 4 tahun, yaitu persaingan prestise dan pada usia 6 tahun semangat bersaing ini semakin baik
.f.Kerja Sama (cooperation). Sikap ini mulai muncul pada usia tiga tahun atau wal empat tahun, pada usia enam tahun hingga tujuh tahun sikapini semakin berkembang dengan baik. Hal ini ditunjukkan dengan anak yang ingin bermain bersama serta mengerjakan sesuatu bersama.
g.Tingkah Laku Berkuasa (ascendent behavior): tingkah laku untuk menguasai situasi sosial, mendominasi atau bersikap bossiness.Wujud dari sikap ini adalah memaksa, meminta, menyuruh, mengancam, dan sebagainya.
h.Mementingkan Diri Sendiri (selfishness): sikap egosentris dalam memenuhi interestatau keinginannya. Wujud dari sikap ini adalah anak yang acuh dan ingin menang sendiri.
i.Simpati (syimpaty): sikap emosional yang mendorog individu untuk menaruh perhatian terhadap oranglain agar mau mendekati atau bekerja sama dengan dirinya.



E.     FAKTOR – FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERKEMBANGAN EMOSI


A.    Hubungan Antara Emosi Dan Tingkah Laku Serta Pengaruh Emosi Terhadap Tingkah Laku

Rasa takut dan marah dapat menyebabkan seorang gemetar. Dalam ketakutan, mulut menjadi kering, cepatnya jantung berdetak, derasnya aliran darah, sistem pencernaan mungkin berubah selama permunculan emosi. Keadaan emosi yang menyenangkan dan reaksi berfungsi sebagai alat pembantu untuk mencerna, sedangkan perasaan tidak enak menghambat pencernaan.Gangguan emosi dapat menjadi penyebab kesulitan berbicara. Hambatan-hambatan dalam berbicara tertentu telah ditemukan bahwa tidak disebabkan oleh kelainan dalam organ berbicara.Ketegangan emosional yang cukup lama mungkin menyebabkan seseorang menjadi gagap.Sikap takut, malu-malu merupakan akibat dari ketegangan emosi dan dapat muncul dengan hadirnya individu tertentu.
 Karena reaksi kita yang berbeda-beda terhadap setiap orang yang kita jumpai, maka jika kita merespon dengan cara yang sangat khusus terhadap hadirnya individu tertentu akan merangsang timbulnya emosi tertentu.Suasana emosional yang penuh tekanan di dalam keluarga berdampak negatif terhadap perkembangan remaja. Sebaliknya suasana penuh kasih sayang, ramah, dan bersahabat amat mendukung pertumbuhan remaja menjadi manusia yang bertanggung jawab terhadap keluarga. Dengan demikian dialog antara orang tua dengan remaja sering terjadi. Dalam dialog tersebut mereka akan mengungkapkan keresahan, tekanan batin, cita-cita, keinginan, dan sebagainya. Akhirnya jiwa remaja akan makin tenang. Jika demikian maka remaja akan mudah diajak untuk bekerja sama dalam rangka mengajukan dirinya dibidang pendidikan dan karir (Willis,2005:22)

B.     Perbedaan Individual Dalam Perkembangan Emosi

Dengan meningkatnya usia anak, semua emosi diekspresikan secara lebih lunak karena mereka telah mempelajari reaksi orang lain terhadap luapan emosi yang berlebihan, sekalipun emosi itu berupa kegembiraan atau emosi yang menyenangkan lainnya. Selain itu karena anak-anak mengekang sebagian ekspresi emosi mereka, emosi tersebut cenderung bertahan lebih lama daripada jika emosi itu diekspresikan secara lebih terbuka.Oleh sebab itu, ekspresi emosional mereka menjadi berbeda-beda.Perbedaan itu sebagian disebabkan oleh keadaan fisik anak pada saat itu dan taraf kemampuan intelektualnya, dan sebagian lagi disebabkan oleh kondisi lingkungan. Anak yang sehat cenderung kurang emosional dibandingkan dengan anak yang kurang sehat. Ditinjau kedudukannya sebagai anggota suatu kelompok, anak-anak yang pandai bereaksi lebih emosional terhadap berbagai macam rangsangan dibandingkn dengan anak-anak yang kurang pandai. Tetapi sebaliknya, mereka juga cenderung lebih mampu mengendalikan ekspresi emosi.
Ditinjau kedudukannya sebagai anggota suatu kelompok keluarga, anak laki-laki lebih sering dan lebih kuat mengekspresikan emosi yang sesuai dengan jenis kelamin mereka. Misalnya marah bagi laki-laki, dibandingkan dengan emosi takut, cemas, dan kasih sayang yang dianggap lebih sesuai bagi perempuan. Rasa cemburu dan marah lebih umum terdapat di kalangan keluarga besar, sedangkan rasa iri lebih umum umum terdapat di kalangan keluarga kecil. Rasa cemburu dan ledakan marah juga lebih umum dan lebih kuat di kalangan anak pertama dibandingkan dengan anak yang lahir kemudian dalam keluarga yang sama.
Sejumlah penelitian tentang emosi anak menunjukkan bahwa perkembangan emosi mereka bergantung kepada faktor kematangan dan faktor belajar (Hurlock, 2002: 154). Reaksi emosional yang tidak muncul pada awal kehidupan tidak berarti tidak ada, reaksi tersebut mungkin akan muncul dikemudian hari, dengan berfungsinya sistem endokrin.Kematangan dan belajar terjalin erat satu sama lainnya dalam mempengaruhi perkembangan emosi Untuk mencapai kematangan emosi, remaja harus belajar memperoleh gambaran tentang situasi yang dapat menimbulkan reaksi emosional. Adapun caranya adalah dengan membicarakan berbagai masalah pribadinya dengan orang lain. Keterbukaan, perasaan dan masalah pribadi dipengaruhi sebagian oleh rasa aman dalam hubungan sosial dan sebagian oleh tingkat kesukaannya pada “orang sasaran” (Hurlock, 2002:213).

Metode belajar yang menunjang perkembangan emosi antara lain :

a. Belajar dengan coba-coba
b. Belajar dengan cara meniru
c. . Belajar dengan cara mempersamakan diri (learning by identification)
            d. Belajar melalui pengkondisian
e. Belajar dibawah bimbingan dan pengawasan, terbatas pada aspek reaksi (Sunarto,  2002:158)

C.     Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial

Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial individu. Faktor-faktor itu bisa berasal dari kematangan sosal diri sendiri, faktor keluarga, lingkungan, ekonomi, pendidikan, pengalaman dan lain-lain.

            a. keluarga         
Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh terhadap berbagai aspek perkembangan individu, termasuk perkembangan sosialnya. Kondisi dan tata cara kehidupan keluarga merupakan lingkungan yang kondusif bagi sosialisasi. Proses pendidikan yang bertujuan mengembangkan kepribadian anak lebih banyak ditentukan oleh keluarga, pola pergaulan, etika berinteraksi dengan orang lain banyak ditentukan oleh keluarga.



b. Kematangan Pribadi
Untuk dapat bersosilisasi dengan baik diperlukan kematangan fisik dan psikis sehingga mampu mempertimbangkan proses sosial, memberi dan menerima nasehat orang lain, memerlukan kematangan intelektual dan emosional, disamping itu kematangan dalam berbahasa juga sangat menentukan.
c. Status Sosial Ekonomi
Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi keluarga dalam masyarakat. Perilaku individu akan banyak memperhatikan kondisi normatif yang telah ditanamkan oleh keluarganya.
d. Pendidikan
Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang terarah. Hakikat pendidikan sebagai proses pengoperasian ilmu yang normatif, individu memberikan warna kehidupan sosial didalam masyarakat dan kehidupan mereka.
e. Kapasitas Mental: Emosi dan Intelegensi
Kemampuan berfikir dapat banyak mempengaruhi banyak hal, seperti kemampuan belajar, memecahkan masalah, dan berbahasa. Perkembangan emosi perpengaruh sekali terhadap perkembangan sosial. Individu yang berkemampuan intelek tinggi akan berkemampuan berbahasa dengan baik. Oleh karena itu jika perkembangan ketiganya seimbang maka akan sangat menentukan keberhasilan perkembangan sosial individu tersebut.

D.    Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi Peserta Didik.

Beberapa ahli psikologi menyebutkan adanya beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan kematangan emosi seseorang (Astuti, 2005), yaitu:

1.      Pola asuh orangtua.
Pola asuh orang tua terhadap anak bervariasi. Ada yang pola asuhnya menurut apa yang dianggap terbaik oleh dirinya sendiri saja, sehingga ada yang bersifat otoriter, memanjakan anak, acuh tak acuh, tetapi ada juga dengan penuh cinta kasih. Perbedaan pola asuh dari orang tua seperti ini dapat berpengaruh terhadap perbedaan perkembangan emosi peserta didik.
Keluarga merupakan lembaga pertama dan utama dalam kehidupan anak, tempat belajar dan menyatakan diri sebagai mahluk sosial, karena keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama tempat anak dapat berinteraksi. Dari pengalamannya berinteraksi di dalam keluarga ini akan menentukan pula pola perilaku anak tehadap orang lain dalam lingkungannya. Dalam pembentukan kepribadian seorang anak, keluarga mempunyai pengaruh yang besar. Banyak faktor dalam keluarga yang ikut berpengaruh dalam perkembangan kepribadian seorang anak, salah satu faktor tersebut adalah pola asuh orangtua (Tarmudji, 2001). Pengasuhan ini berarti orangtua mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan serta melindungi anak sesuai dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat (Tarmudji, 2001). Dimana suatu tugas tersebut berkaitan dengan mengarahkan anak menjadi mandiri di masa dewasanya baik secara fisik maupun psikologis (Andayani dan Koentjoro, 2004).
Menurut Goleman (2002) cara orang tua memperlakukan anak-anaknya akan memberikan akibat yang mendalam dan permanen pada kehidupan anak. Goleman (2002) juga menemukan bahwa pasangan yang secara emosional lebih terampil merupakan pasangan yang paling berhasil dalam membantu anak-anak mereka mengalami perubahan emosi. Pendidikan emosi ini dimulai pada saat-saat paling awal dalam rentang kehidupan manusia, yaitu pada masa bayi.
Idealnya orangtua akan mengambil bagian dalam pendewasaan anak-anak karena dari kedua orangtua anak akan belajar mandiri melalui proses belajar sosial dengan modelling (Andayani dan Koentjoro, 2004)
2.      Pengalaman traumatik.
 Kejadian-kejadian traumatis masa lalu dapat mempengaruhi perkembangan emosi seseorang, dampaknya jejak rasa takut dan sikap terlalu waspada yang ditimbulkan dapat berlangsung seumur hidup. Kejadian-kejadian traumatis tersebut dapat bersumber dari lingkungan keluarga ataupun lingkungan di luar keluarga (Astuti, 2005).
3. Temperamen.
Temperamen dapat didefinisikan sebagai suasana hati yang mencirikan kehidupan emosional kita. Hingga tahap tertentu masing- masing individu memiliki kisaran emosi sendiri-sendiri, temperamen merupakan bawaan sejak lahir, dan merupakan bagian dari genetik yang mempunyai kekuatan hebat dalam rentang kehidupan manusia (Astuti, 2005).
4. Jenis kelamin
Perbedaan jenis kelamin memiliki pengaruh yang berkaitan dengan adanya perbedaan hormonal antara laki- laki dan perempuan, peran jenis maupun tuntutan sosial yang berpengaruh pula terhadap adanya perbedaan karakteristik emosi diantara keduanya (Astuti, 2005).
5. UsiaPerkembangan kematangan emosi yang dimiliki seseorang sejalan dengan pertambahan usianya.
Hal ini dikarenakan kematangan emosi dipengaruhi oleh tingkat pertumbuhan dan kematangan fisiologis seseorang. Ketika usia semakin tua, kadar hormonal dalam tubuh turut berkurang, sehingga mengakibatkan penurunan pengaruhnya terhadap kondisi emosi (Moloney, dalam Puspitasari Nuryoto 2001). Namun demikian, dalam hal ini tidak menutup kemungkinan seseorang yang sudah tua, kondisi emosinya masih seperti orang muda yang cenderung meledak- ledak. Hal tersebut dapat diakibatkan karena adanya kelainan- kelainan di dalam tubuhnya, khususnya kelainan anggota fisik. Kelainan yang tersebut dapat terjadi akibat dari pengaruh makanan yang banyak merangsang terbentuknya kadar hormonal.
6.  Perubahan jasmani.
Perubahan jasmani ditunjukkan dengan adanya pertumbuhan yang sangat cepat dari anggota tubuh. Pada taraf permulaan petumbuhan ini hanya terbatas pada bagian-bagian tertentu saja yang mengakibatkan postur tubuh menjadi tidak seimbang. Ketidak seimbangan tubuh ini sering mempunyai akibat yang tidak terduga pada perkembangan emosi peserta didik. Tidak setiap peserta didik dapat menerima perubahan kondisi tubuh seperti ini, lebih-lebih perubahan tersebut menyangkut perubahan kulit yang menjadi kasar dan penuh jerawat. Hormone-hormon tertentu mulai berfungsi sejalan dengan perkembangan alat kelaminnya sehingga dapat menyebabkan rangsangan di dalam tubuh peserta didik dan seringkali menimbulkan masalah dalam perkembangan emosinya.
7. Perubahan Interaksi dengan Teman Sebaya.
Peserta didik sering kali membangun interaksi sesame teman sebayanya secara khas dengan cara berkumpul untuk melakukan aktivitas bersama dengan membentuk emacam geng. Interaksi antar anggotanya dalam suatu kelompok geng biasanya sangat intens serta memiliki kohesivitas dan solidaritas yang sangat tinggi. Fakor yang sering menimbulkan masalah emosi pada masa ini adalah hubungan cinta dengan teman lawan jenis. Gejala ini sebenarnya sehat bagi peserta didik, tetapi tidak jarang menimbulkan konflik atau gangguan emosi pada mereka jika tidak diikuti dengan bimbingan dari orang tua atau orang yang lebih dewasa.
            8. Perubahan Pandangan Luar.
   Ada sejumlah perubahan pandangan dunia luar yang dapat menyebabkan konflik konflik emosional dalam diri peserta didik, yaitu:

a. Sikap dunia luar terhadap peserta didik sering tidak konsisten
b. Dunia luar atau masyarakat masih menerapkan nilai-nilai yang berbeda
    untukpeserta didik laki-laki dan perempuan.
c. Seringkali kekosongan peserta didik dimamfaatkan oleh pihak luar yang tidak                           bertanggung jawab.
9. Perubahan Interaksi dengan Sekolah.
Sekolah merupakan tempat pendidikan yang sangat diidealkan oleh pererta didik. Para guru merupakan tokoh yang sangat penting dalam kehidupan mereka karena selain tokoh intelektual, guru juga merupakan tokoh otoritas bagi para peserta didiknya. Oleh karena itu tidak jarang anak-anak lebih percaya, lebih patuh, bahkan lebih takut kepada guru daripada kepada orang tuanya. Posisi guru disini amat strategis apabila digunakan untuk pengembangan emosi anak melalui penyampaian materi-materi yang positif dan konstruktif

F .  HUBUNGAN ANTARA EMOSI DAN TINGKAH LAKU

       Rasa takut atau marah dapat menyebabkan seseorang gemetar. Dalam ketakutan, mulut menjadi kering, cepatnya jantung berdetak, derasnya aliran darah atau tekanan darah, dan sistem pencernaan mungkin berubah selama pemunculan emosi. Keadaan emosi yang menyenangkan dan relaks berfungsi sebagai alat pembantu untuk mencerna, sedangkan perasaan tidak senang akan menghambat atau mengganggu proses pencernaan.
Peradangan di dalam perut atau lambung, diare, dan sembelit adalah keadaan-keadaan yang dikenal karena terjadinya berhubungan dengan gangguan emosi. Keadaan emosi yang normal sangat bermanfaat bagi kesehatan. Gangguan emosi juga dapat menjadi penyebab kesulitan dalam berbicara. Ketegangan emosional yang cukup lama mungkin menyebabkan seseorang gagap. Banyak situasi yang timbul di sekolah atau dalam suatu kelompok yang dapat menyebabkan seseorang menjadi tenang.
Seorang siswa tidak senang kepada gurunya bukan karena pribadi guru, namun bisa juga disebabkan sesuatu yang terjadi pada saat sehubungan dengan situasi kelas. Penderitaan emosional dan frustasi mempengaruhi efektivitas belajar. Anak sekolah akan belajar efektif apabila ia termotivasi, karena ia perlu belajar. Setelah hal ini ada pada dirinya, selanjutnya ia akan mengembangkan usahanya untuk dapat menguasai bahan yang ia pelajari.
Reaksi setiap pelajar tidak sama, oleh karena itu rangsangan untuk belajar yang diberikan harus berbeda-beda dan disesuaikan dengan kondisi anak. Dengan begitu, rangsangan-rangsangan yang menhasilkan perasaan yang tidak menyenangkan akan mempengaruhi hasil belajar dan demikian pula rangsangan yang menghasilkan perasaan yang menyenangkan akan mempermudah siswa dalam belajar di kehidupan sehari-harinya.







G . PERBEDAAN INDIVIDU DALAM PERKEMBANGAN EMOSIANAK

       Dengan meningkatnya usia anak, semua emosi diekspresikan secara lunak karena mereka telah mempelajari reaksi orang lain terhadap luapan emosi yang berlebihan, sekalipun emosi itu berupa kegembiraan atau emosi yang menyenangkan lainnya. Adapun karena anak-anak mengekang sebagian ekspresi emosi mereka, emosi tersebut cenderung berahan lebih lama daripada jika emosi itu diekspresikan secara lebih terbuka. Oleh kerena itu, ekspresi emosional mereka menjadi berbeda-beda.
Dan perbedaan itu sebagian disebabkan oleh keadaan fisik anak pada saat itu dan taraf kemampuan intelektualnya. Anak yang sehat cenderung kurang emosional dibandingkan dengan anak yang kurang sehat. Jika dilihat sebagai anggota suatu kelompok, anak-anak yang pandai bereaksi lebih emosional terhadap berbagai macam rangsangan dibandingkan dengan anak yang kurang pandai bereaksi. Tetapi sebaliknya mereka lebih dapat mampu mengendalikan emosi.
Dalam sebuah keluarga, anak laki-laki lebih sering dan lebih kuat mengekspresikan emosi yang sesuai dengan jenis kelamin mereka. Rasa cemburu dan marah lebih umum terdapat di kalangan keluarga besar, sedangkan rasa iri lebih umum terdapat di kalangan keluarga kecil. Rasa cemburu dan ledakan kemarahan lebih umum dan lebih kuat di kalangan anak pertama dibandingkan dengan anak yang lahir kemudian dalam keluarga yang sama.
Cara mendidik yang otoriter mendorong perkembangan emosi kecemasan dan takut, sedangkan cara mendidik yang permisif atau demokratis mendorong berkembangnya semangat dan rasa kasih sayang yang baik.Anak-anak dari keluarga yang berstatus sosial ekonomi rendah cenderung lebih mengembangkan rasa takut dan cemas dibandingkan dengan anak-anak yang berasal dari keluarga yang berstatus sosial ekonomi tinggi.


H. UPAYA PERKEMBANGAN EMOSI DAN IMPLIKASINYA DALAM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

Emosi negatif pada dasarnya dapat diredam sehingga tidak memnimbulkan efek negatif. Beberapa cara untuk meredam emosi adalah :
1.    berfikir positif
2.    mencoba belajar memahami karakteristik orang lain
3.    mencoba menghargai pendapat dan kelebihan oranglain
4.    introspeksi dan mencoba melihat apabila kejadian yang sama terjadi pada diri sendiri, mereka dapat merasakannya
5.    bersabar dan menjadi pemaaf
6.    alih perhatian, ayitu mencoba mengalihkan perhatian pada objek lain dari objek yang pada mulanya memicu pemunculan emosi negatif
Mengendalikan emosi itu penting. Hal ni  didasarkan atas kenyataan bahwa emosi mempunyai kemampuan untuk mengkomunikasikan diri pada orang lain. Orang-orang yang dijumpai dirumah atau dikampus akan lebih cepat menanggapi emosi daripada kata-kata. Kalau seseorang sampai dirumah dengan wajah murung, bahkan terkesan cemberut dan marah-marah, emosi anggota keluarga yang lain akan bereaksi terhadap emosi tersebut, sehingga mereka merasa tidak enak atau merasa bersalah dan lain sebagainya.
Beberapa cara untuk mengendalikan emosi menurut Mahmud, 1990 :
  1. hadapilah emosi tersebut
  2. jika mungkin, tafsirkan kembali situasinya. Artinya melihat situasi sulit yang dialami dari sudut pandang yang berbeda
  3. kembangkan asa humor dan sikapa realistis
  4. atasi secara lansung problem-problem yang menjadi sumber emosi
Cara lainnya adalah dengan mengekspresikan emosi. Wullur (1970 :16) melukiskan ekspresi sebagai pernyataan batin seseorang dengan cara berkata, bernyanyi, bergerak dengan catatan bahwa ekspresi itu selalu tumbuh karena dorongan akan menjamakan perasaan atau buah pikiran.
Selanjutnya, ekspresi itu dapat mengembangkan sifat kreativitas seseorang. Selain itu ekspresi juga bersifat membersihkan, membereskan (katarsis. Karena itu, ekspresi dapat mencegah timbulnya kejadian-kejadian yang tidak diberi kesempatan untuk menjelmakan perasaannya dan menghadapi perasaannya. Tanpa ekspresi, bahan yang terpendam itu dapat membahayakan.
Intervensi pendidikan untuk mengembangkan emosi remaja agar dapat mengembangkan kecerdasan emosi, salah satunya adalah dengan menggunakan intervensi yang dikemukakan oleh W.T Grant Consertium tentang “Unsur-Unsur Aktif Program Pencegahan” yaitu sebagai berikut :
Pengembangan Keterampilan Emosional
  1. mengidentifikasi dan memberi nama atau label perasaan
  2. mengungkapkan perasaan
  3. menilai intensitas perasaan
  4. mengelola perasaan
  5. menunda pemuasan
  6. mengendalikan dorongan hati
  7. mengurangi stres
  8. memahami perbedaan anatara perasaan dan tindakan
Pengembangan Keterampilan Kognitif
  1. belajar melakukan dialog batin sebagai cara untuk menghadapi dan mengatasi masalah atau memperkuat perilaku diri sendiri
  2. belajar membaca dan menafsirkan isyarat-isyarat sosial
  3. belajar menggunakan langkah-langkah penyelesaian masalah dengan pengambilan keputusan
  4. belajar memahami sudut pandang oranglain (empati)
  5. belajar memahami sopan santun
  6. belajar bersikap positif terhadap kehidupan
  7. belajar mengembangkan kesadaran diri


Pengembangan  Keterampilan Perilaku
  1. mempelajari keterampilan komunikasi non verbal,misal melalui pandangan mata,ekspresi wajah, gerak-gerik, posisi tubuh dan lain-lain
  2. mempelajari keterampilan komunikasi verbal, misal mengajukan permintaan dengan jelas, mendiskripsikan sesuatu kepada oranglain dengan jelas, menanggapi kritik secara efektif
Cara lain yang dapat digunakan sebagai intervensi edukatif untuk mengembangkan emosi remaja agar dapat memiliki kecerdasan emosi adalah dengan self-science curriculum ( Daniel Goleman , 1995)
  1. belajar mengembangkan kesadaran diri
  2. belajar mengambil keputusan pribadi
  3. belajar mengelola perasaan
  4. belajar menangani stres
  5. belajar berempati
  6. belajar berkomunikasi
  7. belajar membuka diri
  8. belajar menegembangkan pemahaman
  9. belajar menerima diri sendiri
  10. belajar mengembangkan tanggung jawab pribadi
  11. belajar mengembangkan ketegasan
  12. belajar dinamika kelompok
  13. belajar menyelesaikan konflik
Agar emosi positif pada diri remaja dapat berkembang dengan baik, dapat dirangsang, disikapi oleh orang tua maupun guru dengan cara :
  1. orangtua dan guru serta orang dewasa lainnya dalam lingkungan anak  (significant person) dapat menjadi model dalam mengekspresikan emosi-emosi negatif, sehingga tampilannya tidak meledak-ledak
  2. adanya program latihan beremosi baik ssssssdisekolah maupun didalam keluarga, misalnya dalam merespon dan menyikapi sesuatu yang tidak sejalan sebagaimana mestinya
  3. mempelajari dan mendiskusikan secara mendalam kondisi-kondisi yang cenderung menimbulkan  emosi negatif dan upaya-upaya menanggapinya secara lebih baik






BAB III PENUTUP
KESIMPULAN
Emosi merupakan reaksi psikologis yang nampak dari reaksi fisik seperti detak jantung lebih cepat, muka merah atau pucat, otot memegang dan sebagainya. Tingkah laku  emosi misalnya riang atau bahagia, marah, takut, sedih dan sebagainya. Jadi, emosi adalah setiap kegiatan atau pergolakan pikiran-pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak.
Emosi itu ada dua jenis, yaitu emosi positif dan emosi negatif. Emosi positif merupakan reaksi psikologis sebagai tanda adanya kepuasan terhadap berbagai keputusan yang dirasakan remaja, dan emosi negatif diakibatkan ketidakpuasan terhadap berbagai kebutuhan itu.
Emosi yang paling sering dirasakan remaja adalah emosi marah, takut, cemas, kecewa dan cinta. Gangguan emosi yang dialami remaja dapat menjadi sumber tingkah laku nakal.
Oleh karena itu  hal-hal yang menyebabkan emosi remaja terganggu perlu dihindari. Cara yang sangat penting untuk menghindari gangguan emosi pada remaja yaitu memenuhi kebutuhan-kebutuhan fisik dan psikologis. Yaitu kebutuhan makan, pakaian dan bergerak, kebutuhan mendapatkan status, kebutuhan untuk diakrabi, kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan untuk mandiri dan kebutuhan memiliki filsafat hidup.
SARAN
Usaha untuk mengembangkan emosi remaja :
  1. Adanya model dari orang tua dan guru serta orang dewasa lainnya dalam melahirkan emosi-emosi negatif
  2. Adanya latihan beremosi secara terprogram di keluarga dan di sekolah
  3. Mempelajari secara mendalam kondisi-kondisi yang cenderung menyebabkan emosi negatif remaja muncul dan menghindari kondisi-kondisi itu
  4. Membantu remaja mengatasi berbagai masalah pribadinya dengan mendorongnya membicarakan masalah pribadi itu kepada orang-orang yang dipercayainya
  5. Melatih dan menyibukkan remaja dengan berbagai kegiatan fisik sehingga menguras energi yang banyak agar gejolak emosi tersalurkan
  6. Menciptakan berbagai kesempatan yang memungkinkan remaja berprestasi dan mendapatkan harga diri






Komentar

Postingan Populer