KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan
kehadirat Allah SWT. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada junjungan
kita Rasulullah SAW. Berkat limpahan rahmat dan karunia-nya kami mampu
menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas psikologi perkembangan. Makalah
ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu serta menambah wawasan tentang
Teori Perkembangan Menurut Sigmund Freud. Ucapan terima kasih kami haturkan
kepada rekan-rekan dan semua pihak yang telah membantu,terutama pertolongan
dari Allah,sehingga makalah kami ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Dengan segala kerendahan hati. Kami sangat mengharapkan kritik dan sarannya
yang bersifat membangun,agar kami dapat menyusun makalah lebih baik lagi. Kami
menyadari masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Karena kesempurnaan
sesungguhnya hanya datangnya dari Allah SWT. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.
Surabaya, Maret 2020
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................
A. Latar Belakang.................................................................................................
B. Rumusan Masalah............................................................................................
C. Tujuan..............................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................
BAB III PENUTUP …………………………………………………………………….
A.
Kesimpulan………………………………………………………………………..
DAFTAR
PUSTAKA......................................................................................................BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Ruth berry
(2001: 2) Psikoanalisa adalah sistem menyeluruh dalam psikologi yang
dikembangkan oleh freud secara berlahan ketika ia menangani orang yang
mengalami neurosis dan masalah mental lainnya. Teori Kepribadian Psikoanalisa
merupakan salah satu aliran utama dalam sejarah psikologi. Psikoanalisa adalah
sebuah model perkembangan kepribadian, filsafat tentang sifat manusia, dan
metode psikoterapi. Secara historis Psikoanalisa adalah aliran pertama dari
tiga aliran utama psikologi. Yang kedua adalah behaviorisme, sedangkan yang
ketiga adalah psikologi eksistensialhumanistik. Menurut Freud, lapisan kesadaran
jiwa itu kecil, dan analisis terhadapnya tidak dapat menerangkan masalah
tingkah laku seluruhnya. Freud juga berpendapat bahwa energi jiwa itu terdapat
didalam ketidaksadaran, yang berupa insting-insting atau dorongan dorongan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan
psikoanalisa atau psikoanalisis?
2. Jelaskan konsep manusia
dalam psikoanalisis?
C. Tujuan
1. Mendefinisikan arti dari
psikoanalisa.
2. Menjelaskan lebih detail
tentang prinsip dan konsep dasar psikoanalisa.
BAB II PEMBAHASAN
TEORI PERKEMBANGAN SIGMUND FREUD
(PSIKOANALISIS) Pandangan Teori Perkembangan Psikoanalisis menurut Freuds
Sigmund Freud mengemukakan bahwa kehidupan jiwa memiliki tiga tingkat
kesadaran, yakni sadar (conscious), prasadar (preconscious), dan taksadar
(unconscious). Topografi atau peta kesadaran ini dipakai untuk mendiskripsi
unsur cermati (awareness)dalam setiap event mental seperti berfikir dan
berfantasi. Sampai dengan tahun 1920-an, teori tentang konflik kejiwaan hanya
melibatkan ketiga unsur kesadaran itu. Baru pada tahun 1923 Freud mengenalkan
tiga model struktural yang lain, yakni id, ego, dan superego. Enam elemen
pendukung struktur kepribadian itu adalah sebagai berikut:
A. Sadar
(Conscious) Tingkat kesadaran yang berisi semua hal yang kita cermati pada saat tertentu. Menurut Freud, hanya sebagian
kecil saja Bari kehidupan mental (fikiran, persepsi, perasaan dan ingatan) yang
masuk kekesadaran (consciousness). Isi daerah sadar itu merupakan hasil proses
penyaringan yang diatur oleh stimulus atau cue-eksternal. Isi-isi kesadaran itu
hanya bertahan dalam waktu yang singkat di daerah conscious, dan segera
tertekan kedaerah perconscious atau unconscious, begitu orang memindah
perhatiannya ke weyang lain.
B.
Prasadar (Preconscious) Disebut juga ingatan siap (available memory), yakni
tingkat kesadaran yang menjadi jembatan antara sadar dan taksadar. Isi
preconscious berasal dari conscious dan clanunconscious. Pengalaman yang
ditinggal oleh perhatian, semula disadari tetapi kemudian tidak lagi dicermati,
akan ditekan pindah ke daerah prasadar. Di sisi lain, isi materi daerah
taksadar dapat muncul ke daerah prasadar. Kalau sensor sadar menangkap bahaya
yang bisa timbul akibat kemunculan materi tak sadar materi itu akan ditekan
kembali ke ketidaksadaran. Materi taksadar yang sudah berada di daerah pra sadar
itu bisa muncul kesadaran6 dalam bentuk simbolik,
seperti mimpi, lamunan, salah ucap, dan mekanisme pertahanan diri.
C. Tak Sadar (Unconscious) Tak sadar adalah
bagian yang paling dalam dari struktur kesadaran dan menurut Freud merupakan
bagian terpenting dari jiwa manusia. Secara khusus Freud membuktikan bahwa
ketidaksadaran bukanlah abstraksi hipotetik tetapi itu adalah kenyataan
empirik. Ketidaksadaran itu berisi insting, impuls dan drives yang dibawa dari
lahir, dan pengalaman-pengalaman traumatik (biasanya pada masa anak-anak) yang
ditekan oleh kesadaran dipindah ke daerah taksadar. Isi atau materi
ketidaksadaran itu memiliki kecenderungan kuat untuk bertahan terus dalam
ketidaksadaran, pengaruhnya dalam mengatur tingkahlaku sangat kuat namun tetap
tidak disadari. Model perkembangan psikoanalisis dasar, yang terus-menerus
dimodifikasi oleh Freud selama 50 tahun terakhir hidupnya, terdiri atas tiga
komponen pokok;
(1) satu komponen dinamik atau ekonomik yang
menggambarkan pikiran manusia sebagai sistem energi yang cair.
2) satu
komponen struktural atau topografik berupa sebuah sistem yang memiliki tiga
struktur psikologis berbeda tetapi saling berhubungan dalam menghasilkan
perilaku.
(3) satu
komponen sekuensial (urutan) atau tahapan yang memastikan langkah maju dari satu tahap perkembangan menuju tahap
lainnya, yang terpusat pada daerah-daerah tubuh yang sensitif, tugas-tugas
perkembangan, dan konflik-konflik psikologis tertentu.
Komponen Dinamik (Energi
Psikis) Semangat (atau arah) perkembangan ilmiah dan intelektual pada akhir
abad ke-19 terpusat di sekitar kajian tentang energi, dan Freud menerapkan
konsep energi tersebut terhadap perilaku manusia. Ia menyebut energi ini
sebagai energi psikis (psychic energy) atau energy yang mengoperasikan berbagai
komponen sistem psikologis.freud berpendapat bahwa insting (instincts) atau
dorongan-dorongan psikologis yang muncul tanpa dipelajari adalah sumber utama
energy psikis. Insting memiliki dua ciri khas yang sangat penting, yakni: ciri
konservatif (pelestarian) dan ciri repetitif (perulangan). Maksudnya, insting
selalu menggunakan sesedikit mungkin jumlah energi yang di perlukan untuk
melaksanakan aktivitas tertentu dan kemudian mengembalikan organisme kepada
keadaannya yang semula, dan hal itu terjadi secara berulang-ulang.
Komponen Struktural
a. Id
Id adalah
sistem kepribadian yang asli, dibawa sejak lahir. Dari id ini kemudian akan
muncul ego dan superego. Saat dilahirkan, id berisi semua aspek psikologik yang
diturunkan, seperti insting, impuls dan drives. Id berada dan beroperasi dalam
daerahunansdous, mewakili subjektivitas yang tidak pemah disadari sepanjang
usia. Id berhubungan erat dengan proses fisik untuk mendapatkan enerji psikis
yang digunakan untuk mengoperasikan sistem dari struktur kepribadian lainnya.
Id beroperasi berdasarkan prinsip kenikmatan (pleasunprinciple), yaitu:
berusaha memperoleh kenikmatan dan menghindari rasa sakit. Bagi Id, kenikmatan
adalahkeadaan yang relatif inaktif atau tingkat enerji yang rendah, dan rasa
sakit adalah tegangan atau peningkatan enerji yang mendambakan kepuasan. Jadi
ketika ada stimuli yang memicu enerji untuk bekerja timbul tegangan enerji id
beroperasi dengan prinsip kenikmatan; berusaha mengurangi atau menghilangkan
tegangan itu; mengembalikan din ke tingkat enerji yang rendah.
Pleasureprinciple diproses dengan dua cara, tindak refleks (reflex actions) dan
proses primer (primaryprocess). Tindak refleks adalah reaksi otomatis yang
dibawa sejak lahir seperti mengejapkan mata dipakai untuk menangani pemuasan
rangsang sederhana dan biasanya segera dapat dilakukan. Proses primer adalah
reaksi membayangkan/mengkhayal sesuatu yang dapat mengurangi atau menghilangkan
tegangan dipakai untuk menangani stimulus kompleks, seperti bayi yang lapar
membayangkan makanan atau puting ibunya. Proses membentuk gambaran objek yang
dapat mengurangi tegangan, disebut pemenuhan hasrat (nosh fullment),misalnya:
mimpi, lamunan, dan halusinasi psikotik.
b. Ego
Ego
berkembang dari id agar orang mampu menangani realita; sehingga ego beroperasi
mengikuti prinsip realita (realityprinciple); usaha memperoleh kepuasan yang
dituntut Id dengan mencegah terjadinya tegangan baru atau menunda kenikmatan
sampai ditemukan objek yang nyata-nyata dapat memuaskan kebutuhan. Prinsip
realita itu dikerjakan melalui proses sekunder (secondaryprocess), yakni
berfikir realistik menyusun rencana dan menguji apakah rencana itu menghasilkan
objek yang dimaksud. Proses pengujian itu disebut uji realita (reality testin;
melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana yang telah difikirkan secara
realistik. Dari cara kerjanya dapat difahami sebagian besar daerah operasi ego
berada di kesadaran, namun ada sebagian kecil ego beroperasi di daerah prasadar
dan daerah taksadar.ego adalah eksekutif (pelaksana) dari kepribadian, yang
memiliki dua tugas utama; pertama, memilih stimuli mana yang hendak direspon
dan atau insting mana yang akan dipuaskan sesuai dengan prioritas kebutuhan.
c. Superego
Superego
adalah kekuatan moral dan etik dari kepribadian, yang beroperasi memakai
prinsip idealistik (idealisticprinciple) sebagai lawan dari prinsip kepuasan Id
dan prinsip realistik dari Ego. Superego berkembang dari ego, dan seperti ego
dia tidak mempunyai energi sendiri.Sama dengan ego, superego beroperasi di tiga
daerah kesadaran. Namun berbeda dengan ego, dia tidak mempunyai kontak dengan
dunia luar (sama dengan Id) sehingga kebutuhan kesempurnaan yang diperjuangkannya
tidak realistik (Id tidak realistik dalam memperjuangkan kenikmatan). Prinsip
idealistik mempunyai dua subprinsip, yakni conscience dan egoideal. Super-ego
pada hakekatnya merupakan elemen yang mewakili nilai-nilai orang tua atau
interpretasi orang tua mengenai standar sosial, yang diajarkan kepada anak
melalui berbagai larangan dan perintah. Apapun tingkahlaku yang dilarang,
dianggap salah, dan dihukum oleh orang tua, akan diterima anak menjadi suara
hati (conscience), yang berisi apa saja yang tidak boleh dilakukan. Apapun yang
disetujui, dihadiahi dan dipuji orang tua akan diterima menjadi standar
kesempurnaan atau ego ideal, yang berisi apa saja yang seharusnya dilakukan.
Proses mengembangkan konsensia dan ego ideal, yang berarti menerima standar salah
dan benar itu disebut introyeksi (introjection). Sesudah terjadi introyeksi,
kontrol pribadi akan mengganti kontrol orang tua. Superego bersifat nonrasional
dalam menuntut kesempurnaan, menghukum dengan keras kesalahan ego, baik yang
telah dilakukan maupun baru dalam fikiran. Super-ego juga seperti ego dalam hal
mengontrol id, bukan hanya menunda pemuasan tetapi merintangi pemenuhannya.
Paling
tidak, ada 3 fungsi superego, yaitu;
(1) mendorong
ego menggantikan tujuan-tujuan realistik dengan tujuan-tujuan moralistik,
(2) merintangi
impuls id, terutama impuls seksual dan agresif yang bertentangan dengan standar
nilai masyarakat, dan
(3) mengejar
kesempurnaan.struktur kepribadian id-ego-superego itu bukan bagian-bagian yang
menjalankan kepribadian, tetapi itu adalah nama dalam sistem struktur dan
proses psikologik yang mengikuti prinsip-prinsip tertentu. Biasanya
sistem-sistem itu bekerja bersama sebagai team, di bawah arahan ego. Baru kalau
timbul konflik diantara ketiga struktur itu, mungkin sekali muncul tingkahlaku
abnormal.
Komponen Sekuensial (Tahapan)
Bagian ketiga dan terakhir dari model Freud adalah komponen tahapan atau
komponen sekuensial (sequential or stage component). Bagian ini menekankan pola
atau gerak maju organisme melalui tahapan-tahapan perkembangan yang berbeda dan
semakin lama semakin adaptif. Menurut Freud, pintu pertama menuju kematangan
adalah tahapan perkembangan genital, dimana terbentuk hubungan yang berarti
berlangsung terus menerus. Teori Freuds disebut Teori Psikoseksual Menurut
Freud, para bayi terlahir dengan kemampuan untuk merasakan kenikmatan apabila
terjadi kontak kulit, dan para bayi itu memiliki semacam ketegangan di
permukaan kulit mereka yang perlu diredakan melalui kontak kulit secara
langsung dengan orang lain. Freud menyerupakan kenikmatan ini dengan rangsangan
seksual tetapi ia memberi catatan bahwa hal ini berbeda secara kualitatif dari
tipe rangsangan seksual yang dialami oleh orang dewasa karena kejadian yang
dialami bayi ini lebih bersifat umum dan belum terdiferensiasi. Freud menyebut
kemampuan untuk mengalami kenikmatan ini dan kebutuhan untuk meredakannya
dengan nama seksualitas bayi, yang berbeda dari seksualitas orang dewasa.
Pandangan mengenai seksualitas bayi dan anak-anak ini memicu protes luas
orang-orang menentang Freud pada masa-masa akhir era Victorian dan awal abad
ke-20. Tetapi Freud dan para pengikutnya, yang mendasarkan pendirian mereka pada
pengalaman-pengalaman klinis, bersikukuh pada teori tersebut. Mereka tetap
berpegang pada pandangan bahwa komponen-komponen psikologiseksperiensial saling
terkait dengan disertai pergantian zona-zona erogen secara biologis melalui
urutan (sekuen) tertentu. Dengan demikian tahapan-tahapan perkembangan ini
disebut sebagai tahapan-tahapan psikoseksual (Psychosexual stages). Teori
Freud, memandang bahwa tahapan-tahapan ini bersifat urniversal, berlaku pada
semua anak-anak dimana saja.
Menurut Freud, kemunculan
setiap tahapan psikoseksual dan sebagian bentuk perilaku yang terjadi di setiap
tahapan dikendalikan oleh faktor-faktor genetik atau kematangan sedangkan isi
tahapan-tahapan tersebut berbeda-beda bergantung pada kultur tempat terjadinya
perkembangan. Sekali lagi ini memperlihatkan contoh mengenai pentingnya
interaksi antara kekuatan keturunan dan kekuatan lingkungan bagi proses
perkembangan.freud berpendapat bahwa dalam perkembangan manusia terdapat dua
hal pokok yaitu:
(1) bahwa
tahuntahun awal kehidupan memegang peranan penting bagi pembentukankepribadian;
dan
(2) bahwa perkembangan manusia meliputi
tahap-tahap psikoseksual:
a) Tahap
oral ( sejak lahir hingga 1tahun ) Sumber kenikmatan pokok yang berasal dari mulut adalah makan. Dua macam aktivitas
oral ini, yaitu menelan makanan dan mengigit, merupakan prototipe bagi banyak
ciri karakter yang berkembang di kemudian hari. Karena tahap oral ini
berlangsung pada saat bayi sama sekali tergantung pada ibunya untuk mendapatkan
makanan, pada saat dibuai, dirawat dan dilindungi dari perasaan yang tidak
menyenangkan, maka timbul perasaan-perasaan tergantung pada masa ini. Frued
berpendapat bahwa simtom ketergantungan yang paling ekstrem adalah keinginan
kembali ke dalam rahim.
b) Tahap
anal ( usia 1-3 tahun ) Setelah makanan dicernakan, maka sisa makanan menumpuk
di ujung bawah dari usus dan secara reflex akan dilepaskan keluar apabila
tekanan pada otot lingkar dubur mencapai taraf tertentu. Pada umur dua tahun
anak mendapatkan pengalaman pertama yang menentukan tentang pengaturan atas
suatu impuls instingtual oleh pihak luar. Pembiasaan akan kebersihan ini dapat
mempunyai pengaruh yang sangat luas terhadap pembentukan sifat-sifat dan
nilai-nilai khusus. Sifat-sifat kepribadian lain yang tak terbilang jumlahnya konon
sumber akarnya terbentuk dalam tahap anal.
c) Tahap
phalik ( usia 3-5 tahun) Selama tahap perkembangan kepribadian ini yang menjadi
pusat dinamika adalah perasaan-perasaan seksual dan agresif berkaitan dengan
mulai berfungsinya organ-organ genetikal. Kenikmatan masturbasi serta kehidupan
fantasi anak yang menyertai aktivitas auto-erotik membuka jalan bagi timbulnya
kompleks Oedipus. Freud memandang keberhasilan mengidentifikasikan kompleks
Oedipus sebagai salah satu temuan besarnya. Freud mengasumsikan bahwa setiap
orang secara inheren adalah biseksual, setiap jenis tertarik pada anggota
sejenis maupun pada anggota lawan jenis. Asumsi tentang biseksualitas ini
disokong oleh penelitian terhadap kelenjarkelenjar endokrin yang secara agak
konklusif menunjukkan bahwa baik hormon seks perempuan terdapat pada
masing-masing jenis. Timbul dan berkembangnya kompleks Oedipus dan kompleks
kastrasi merupakan peristiwa-peristiwa pokok selama masa phalik dan
meninggalkan serangkaian bekas dalam kepribadian.
d) Tahap laten
( usia 5 awal pubertas) Masa ini adalah periode tertahannya dorongan-dorongan
seks agresif. Selama masa ini anak mengembangkan kemampuannya bersublimasi (
seperti mengerjakan tugas-tugas sekolah, bermain olah raga, dan kegiatan
lainya). Tahapan latensi ini antara usia 6-12 tahun (masa sekolah dasar)
e) Tahap
genital/kelamin ( masa remaja) Kateksis-kateksis dari masa-masa pragenital
bersifat narsisistik. Hal ini berarti bahwa individu mendapatkan kepuasan dari
stimulasi dan manipulasi tubuhnya sendiri sedangkan orang-orang lain dikateksis
hanya karena membantu memberikan bentuk-bentuk tambahan kenikmatan tubuh bagi
anak. Selama masa adolesen, sebagian dari cinta diri atau narsisisme ini
disalurkan ke pilihan-pilihan objek yang sebenarnya. Kateksis-kateksis pada
tahap-tahap oral, anal, dan phalik lebur dan di sistensiskan dengan impuls-impuls
genital. Fungsi biologis pokok dari tahap genital tujuan ini dengan memberikan
stabilitas dan keamanan sampai batas tertentu. Implementasi teori Freud dalam
Praktik Pendidikan Berdasarkan konsep kunci dari teori kepribadian freud,
berikut ini akan dijelaskan beberapa teorinya yang dapat diimplemetasikan dalam
pendidikan, yaitu: Pertama, konsep kunci bahwa manusia adalah makhluk yang
memiliki kebutuhan dan keinginan. Dengan demikian, implementasi pandangan Freud
dalam pendidikan sangat memberikan kontribusi yang signifikan, terutama
memberikan panduan atau acuan pada guru dalam melakukan pembelajaran dan
memberikan bimbingan, sehingga bimbingan benar-benar efektif dan sesuai dengan
tingkat perkembangan mereka. Adapun fungsi-fungsi bimbingan yang dilakukan oleh
guru antara lain:
1.
Memahami Individual Siswa Seorang guru dan pembimbing dapat memberikan bantuan
yang efektif jika mereka dapat memahami dan mengerti persoalan, sifat,
kebutuhan, minat, dan kemampuan siswa. Karena itu, bimbingan yang efektif
menuntut secara mutlak pemahaman diri anak secara menyeluruh. Karena tujuan
bimbingan dan pendidikan dapat dicapai jika programnya didasarkan atas
pemahaman diri anak didiknya.
2.
Preventif dan Pengembangan Individual Siswa Preventif dan pengembangan merupakan
dua sisi dari satu mata uang. Preventive berusaha mencegah kemerosotan
perkembangan seseorang dan minimal dapat memelihara apa yang telah dicapai
dalam perkembangannya melalui pemberian pengaruh-pengaruh yang positif,
memberikan bantuan untuk mengembangkan sikap dan pola perilaku yangdapat
membantu setiap individu untuk mengembangkan dirinya secara optimal. Membantu
individu untuk menyempurnakan setiap siswa pada saat tertentu ketika
membutuhkan pertolongan dalam menghadapi dan menjalani keseharian mereka dan
beradaptasi dengan lingkungannya. Bimbingan dapat memberikan bantuan pada siswa
untuk penanganan dan pembimbingan dalam kegiatan pembelajaran dan membantu
memberikan pilihan yang sesuai dengan potensi dan kemampuan yang dimilikinya.
Kedua, konsep teori tentang kecemasan yang dimiliki seseorang dapat digunakan
sebagai wahana pencapaian tujuan bimbingan oleh guru, yaitu membantu individu
supaya mengerti diri dan lingkungannya, mampu memilih, memutuskan dan
merencanakan hidup secara bijaksana mampu mengembangkan kemampuan dan
kesanggupan, memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupannya, mampu
mengelola aktivitas sehari-hari dengan baik dan bijaksana, mampu memahami dan
bertindak sesuai dengan norma agama, sosial dalam masyarakatnya. Ketiga, konsep
teori psikoanalisis yang menekankan pengaruh masa lalu (masa kecil) terhadap
perjalanan manusia. Dalam system pembinaan akhlak individual, islam
menganjurkan agar keluarga dapat melatih dan membiasakan anak-anknya agar dapat
tumbuh kembang sesuai dengan norma agama dan sosial. Bila sebuah keluarga mampu
memberikan bimbingan yang baik, maka kelak anak itu diharapkan akan tumbuh
menjadi manusia yang baik. Keempat, teori Freud tentang tahapan perkembangan
kepribadian individu dapat digunakan dalam proses bimbingan, baik sebagai
materi maupun pendekatan. Konsep ini memberikan arti bahwa, materi, metode, dan
pola bimbingan harus disesuaikan dengan tahapan perkembangan kepribadian
individu, karena pada setiap tahapan itu memiliki karakteristik dan sifat yang
berbeda. Kelima, konsep Freud tentang ketidaksadaran dapat digunakan dalam
proses bimbingan yang dilakukan oleh guru pada individu dengan harapan dapat
mengurangi impuls-impuls dorongan Id yang bersifat irrasional sehingga berubah
menjadi rasional.
BAB III PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Konsep psikoanalisis yang relevan dan sangat
berpengaruh dalam kehidupan manusia. Konsep ini masih digunakan sebagai acuan
dalam mengatasi gangguan kejiwaan (neurotik). Psikoanalisis menggunakan metode
menganalisis dan mengeluarkan faktor-faktor dalam alam bawah sadar seseorang.
Dengan menggunakan prinsip yang dipakainya yaitu mencari dahulu faktor-faktor
yang menyebabkan neurose melalui teknik-teknik evaluasi kepribadian.
DAFTAR PUSTAKA
Diterjemahkan dan di-resume dari: Salkind, Neil J.
(2004). An Introduction to Theories of Human Development. Thousand Oaks,
London, New Delhi: Sage Publications. International Education and Publisher.
Breman, James F Sejarah dan Sistem Psikologi. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada. Suryabrata, S Psikologi Kepribadian. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada. Bertens, K Psikoanalisis Sigmund Freud. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.